Parents pernah dengar nggak tentang istilah yang akhir-akhir ini lagi banyak diomongin, yaitu toxic parenting? Apa sih sebenarnya toxic parenting itu? Terus apa aja ya ciri-cirinya?
Toxic parenting adalah gaya pengasuhan yang “beracun” atau dengan kata lain dapat membahayakan untuk anak, baik dari segi fisik maupun psikis. Istilah ini memang cukup populer beberapa tahun terakhir. Namun sebenarnya toxic parenting bermula dari teori gaya pengasuhan yang dikemukakan oleh seorang psikolog perkembangan bernama Diana Baumrind. Menurut Baumrind, terdapat tiga (pada perkembangannya bertambah menjadi 4) gaya pengasuhan. Apa sajakah itu dan gaya mana yang dapat dikategorikan sebagai toxic parenting? Yuk, kita bahas!
Gaya pengasuhan otoriter
Orang tua yang menggunakan gaya ini memiliki kendali penuh terhadap anaknya. Mereka memiliki banyak aturan yang ketat, dan juga menggunakan hukuman jika anak melanggar aturan tersebut. Tidak jarang hukuman ini berupa hukuman fisik seperti memukul, mencubit, menampar, dan sebagainya. Selain itu orang tua cenderung dingin, dan jarang memberi pujian pada anak. Komunikasi yang dibangun sifatnya direktif dan 1 arah.
Tentu saja gaya pengasuhan ini termasuk toxic parenting ya, Parents. Selain membahayakan secara fisik, psikis anak pun bisa terluka. Anak cenderung mengalami kesulitan untuk menjalin relasi sosial, kurang percaya diri, dan bahkan beresiko untuk mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
Gaya pengasuhan permisif
Berkebalikan dengan otoriter, orang tua dengan gaya pengasuhan permisif justru kurang mampu menetapkan aturan kepada anaknya. Mereka cenderung menuruti kemauan anak dan menghindari konflik karena mereka ingin dianggap sebagai sahabat oleh anaknya. Wah, sepertinya gaya ini bagus ya Parents karena hubungan dengan anak jadi dekat. Eitss, ternyata tidak lho!
Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan permisif ternyata menjadi kurang mampu mengendalikan diri. Anak jadi kurang bertanggung jawab dan juga kurang mampu menghargai orang lain. Selain itu anak menjadi merasa lebih superior dibandingkan orang lain dan keinginannya harus selalu dipenuhi. Hmmm, sepertinya gaya ini bisa dikategorikan sebagai toxic parenting juga ya Parents, karena efeknya yang kurang baik untuk anak.
Gaya pengasuhan tidak terlibat (bisa disebut juga disengaged atau neglectful)
Gaya pengasuhan ini memiliki ciri kurang terlibatnya orang tua dalam pengasuhan anak. Orang tua jarang menghabiskan waktu dengan anak baik untuk bermain, berbincang, atau aktivitas lain. Orang tua juga tidak menetapkan aturan untuk anaknya. Mereka tidak mau direpotkan dengan tanggung jawab menjadi orang tua sehingga mereka menelantarkan anaknya. Kalau ini sudah jelas tergolong toxic parenting ya, Parents.
Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini cenderung memiliki masalah pergaulan dan juga masalah akademik. Mereka juga cenderung menentang aturan dan kesulitan mengontrol diri. Selain itu mereka beresiko tinggi mengalami depresi, gangguan kecemasan, dan juga penyalahgunaan NAPZA.
Gaya pengasuhan otoritatif
Nah, kalau gaya pengasuhan ini adalah pengasuhan yang seimbang. Orang tua memiliki aturan yang jelas namun tetap melakukan komunikasi 2 arah dengan anak. Anak dididik dengan disiplin namun dengan cara yang hangat dan penuh pengayoman. Selain itu anak didorong untuk tumbuh menjadi mandiri dengan dukungan penuh dari orang tua misalnya melalui pujian, dan juga arahan yang membangun. Apabila anak melakukan kesalahan, anak akan mendapat konsekuensi logis dari perbuatannya, bukannya hukuman fisik atau manipulasi.
Dampaknya anak tumbuh menjadi anak yang percaya diri, memiliki kontrol diri yang baik, serta menghormati orang lain. Gaya pengasuhan ini direkomendasikan oleh para ahli untuk diterapkan dalam pengasuhan sehari-hari.
Ternyata gaya pengasuhan bisa berpengaruh ya terhadap karakter anak. Para Parents perlu berhati-hati agar tidak menjadi toxic parent yang membahayakan anak-anak kita. Yuk, terus belajar dan bertumbuh untuk menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anak kita.
Referensi:
Lickona, T. (2020). 4 Parenting styles: How they relate to children’s character. Psychology Today.