Pernah nggak Parents menghindari seseorang karena malas melakukan percakapan dengan orang tersebut? Rasa malas itu mungkin dikarenakan ia membosankan, ia membuat kita tersinggung, atau karena ia orang yang tidak menyenangkan untuk diajak berbicara.
Kemampuan ngobrol sering dianggap hal yang remeh, padahal kemampuan ini adalah kemampuan yang penting dalam abad 21. Perkembangan teknologi tentu mempermudah kita dalam melakukan komunikasi, namun terkadang komunikasi itu sebatas komunikasi mengenai tugas, pekerjaan, atau hal yang bersifat permukaan. Beberapa orang mengalami kesulitan untuk melakukan percakapan tatap muka atau membicarakan mengenai urusan pribadi
Percakapan sehari-hari dengan teman, anggota keluarga, rekan kerja, atau orang lain di sekitar kita sangat mungkin untuk memicu konflik. Bahkan di zaman sekarang, percakapan sederhana seperti menanyakan kabar saja bisa memicu masalah, apalagi tema yang lebih sensitif seperti politik atau agama.
Konflik saat ngobrol dengan orang lain seringkali disebabkan karena kita sudah memiliki pendapat dan keyakinan tersendiri (yang mungkin berbeda dengan lawan bicara) dan akhirnya kita tidak mau mendengarkan orang lain. Padahal di dalam percakapan membutuhkan keseimbangan antara bicara dan mendengarkan.
Lalu bagaimana cara agar percakapan yang kita lakukan tidak menyinggung orang lain?
Jangan melakukan hal lain
Bukan hanya tidak bermain HP ya, tapi juga secara pikiran coba untuk tidak memikirkan hal lain di luar apa yang sedang diobrolkan. Coba untuk benar-benar hadir di saat ini dan di sini (here and now). Lupakan sejenak permasalahan di kantor, pikiran mau masak apa, atau pikiran lainnya.
Hindari memberi nasehat
Ada sebuah quotes yang mengatakan “everyone you will ever meet knows something you don't”. Semua orang yang kita temui mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui. Jadi saat berbicara dengan orang lain, coba untuk berpikir bahwa kita akan mempelajari suatu hal baru dari mereka. Hindari untuk merasa paling tahu atau paling benar dengan mengenyampingkan sementara pendapat pribadi kita. Dengan melakukan ini, orang lain bisa menjadi lebih nyaman dan lebih terbuka kepada kita.
Gunakan pertanyaan terbuka
Bersikaplah seperti wartawan. Coba gali informasi dari lawan bicara kita dengan menggunakan kata tanya apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Ketika kita bertanya menggunakan pertanyaan terbuka, mereka akan berpikir dan menjawab dari sudut pandang mereka sehingga kita akan mendapat respons yang lebih menarik. Jadi daripada bertanya “Lagi marah ya?” coba untuk bertanya “Apa yang lagi kamu pikirin atau rasain?”
Biarkan mengalir
Terkadang saat sedang ngobrol, kita merasa bingung “Aduh, harus ngomong apa ya?” atau “Aku harus respons gimana ya?”. Pikiran-pikiran tersebut membuat kita jadi tidak fokus mendengarkan lawan bicara dan akhirnya kita benar-benar tidak tahu harus merespons seperti apa. Cobalah untuk lebih tenang dan mengalir. Yakini bahwa ide dan cerita akan muncul dalam pikiran kita sehingga kita mampu merespons lawan bicara dengan tepat
Jangan samakan pengalaman
Pengalaman yang dirasakan setiap orang berbeda-beda meskipun mungkin kejadiannya mirip. Jadi ketika seseorang bercerita mengenai pengalamannya saat anggota keluarganya meninggal, meskipun kita memiliki pengalaman yang sama coba untuk cukup dengarkan saja. Hindari untuk mengubah fokus pembicaraan ke diri kita. Apa yang ia pikirkan dan rasakan belum tentu sama dengan kita dan apapun yang ia rasakan sifatnya valid. Jadi tidak perlu membantah, meremehkan, menghakimi, atau memberi nasehat jika tidak diminta oleh lawan bicara
Dengarkan
Poin terakhir namun poin paling penting nih. Mendengarkan adalah salah satu kemampuan sosial yang paling penting. Terkadang kita memiliki kecenderungan untuk tidak mau mendengarkan orang lain. Kenapa? Karena dengan berbicara seakan-akan kita bisa memegang kendali, kita bisa menjadi pusat perhatian, dan kita juga bisa memilih topik yang ingin dibicarakan.
Selain itu mendengarkan dengan fokus juga membutuhkan usaha dan energi yang besar. Berdasarkan penelitian, rata-rata manusia bisa berbicara sebanyak 225 kata per menit, namun kita bisa mendengarkan sebanyak 500 kata per menit. Maka dari itu pikiran kita jadi mudah terdistraksi karena kita mencoba mengisi kekosongan 275 kata tersebut. Meskipun demikian, cobalah untuk tetap fokus dengan apa yang lawan bicara sampaikan. Kita bisa mengalihkan fokus pada ekspresi muka atau gerak tubuh dari lawan bicara
Referensi:
Headlee, C. (2016). 10 ways to have a better conversation. Ted Talk. [Video]. https://www.youtube.com/watch?v=R1vskiVDwl4