Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita pernah ketemu orang yang nggak cocok sama kita. Entah karena punya beda pendapat, sering berkomentar yang nggak bikin enak hati, atau bahkan karena mereka sampai nyusahin kehidupan kita. Kalau orang yang nggak terlalu dekat sih gampang ya, kita bisa menghindari mereka. Tapi gimana kalau orang itu adalah orang terdekat kita, atau bahkan keluarga kita?
Yuk, simak tips apa yang bisa Parents lakukan saat berhadapan dengan anggota keluarga yang membuat kita merasa kurang nyaman
Jangan berusaha mengubahnya
Susah banget sih pasti kalau kita disuruh menerima apa adanya. Apalagi kalau orang itu adalah keluarga dekat kita sendiri. Ada keinginan untuk mengubah mereka dengan harapan mereka akan menjadi lebih baik. Terkadang usaha itu berhasil sih, tapi seringkali malahan bikin kita makin sakit kepala. Bisa jadi anggota keluarga tersebut jadi bergantung kepada kita, atau malahan kita merasa kecewa karena apa yang kita harapkan tidak terwujud.
Jadi dengan lapang dada, coba deh terima bahwa saat ini mereka belum (mau) berubah. Apalagi kalau belum ada tanda-tanda mereka mau berubah, misalnya mau berdiskusi dan mendengarkan pendapat kita, rasanya usaha kita akan berat ya. Perlu diingat bahwa keinginan untuk berubah perlu datang dari diri sendiri. Yuk atur ekspektasi kita dengan berusaha menerima bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, termasuk perilaku orang lain
Bersikap asertif
Ada kalanya yang dibutuhkan adalah sikap asertif ketika berhadapan dengan orang yang membuat kita tidak merasa nyaman. Sampaikan apa yang menjadi keberatan kita atau apa yang kita rasakan dan pikirkan. Namun hati-hati ya Parents, saat diskusinya justru menjadi makin panas, ada baiknya lakukan jeda dulu. Hentikan interaksi dan tenangkan diri Parents terlebih dulu ya
Mendengarkan
Coba sesekali Parents beri kesempatan mereka untuk menjelaskan isu/konflik/masalah dari sudut pandang mereka. Cukup dengarkan saja tanpa perlu diinterupsi. Dengarkan mengapa mereka merasa dihakimi atau dikritik? Apa yang mereka harapkan? Usahakan untuk tetap bersikap netral ya. Mungkin saja dengan mendengarkan kita bisa lebih memahami isi kepala mereka
Berhati-hati dengan “topik panas”
Dalam suatu keluarga biasanya akan ada topik panas yang kalau dibahas akan memunculkan konflik atau perdebatan. Parents perlu kenali topik apa saja yang dapat memicu hal tersebut. Dengan mengenali, Parents bisa lebih mempersiapkan diri bagaimana harus merespons saat ada yang membahas topik tersebut. Selain itu Parents juga bisa mempersiapkan bagaimana caranya meredakan konflik saat perdebatan mulai semakin panas.
Kenali juga topik-topik yang memang tidak bisa dibicarakan sama sekali. Misalnya topik yang membuat Parents menjadi stres atau terpicu emosinya dan belum ada jalan tengah dari pembahasan topik tersebut. Lebih baik hindari membahas topik tersebut sampai semua pihak bersedia untuk berdiskusi untuk mencari solusi bersama
Terkadang it’s not about you
Terkadang nih orang lain bersikap tidak sesuai sasaran. Misalnya ia memiliki konflik dengan pasangannya, namun karena ia tidak bisa mengekspresikan dan menyelesaikan konflik itu dengan baik akhirnya ia melampiaskan emosinya ke orang lain. Apalagi kalau memang kita tidak membuat kesalahan atau respons orang tersebut berlebihan jika dibandingkan dengan kesalahan yang kita miliki.
Jika kasusnya seperti ini, coba ajak ia ngobrol saat kondisinya sedang santai. Mungkin dengan komunikasi yang lebih baik, interaksinya pun akan menjadi lebih baik. Namun apabila responnya tidak sesuai harapan, that’s okay. Paling tidak kita sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan.
Prioritaskan diri sendiri
Kita boleh banget kok membuat boundary atau batasan, misalnya mengurangi frekuensi interaksi dengan orang yang membuat kita merasa tidak nyaman. Jangan biarkan hubungan atau interaksi dengan orang lain mempengaruhi kesehatan mental kita. Kita berhak dihargai dan berhak merasa bahagia.