Apa itu tiger parenting?

Tiger parenting adalah sebuah gaya pengasuhan yang diperkenalkan oleh Amy Chua dalam bukunya berjudul Battle Hymn of The Tiger Mother. Ia adalah seorang profesor di Universitas Yale dan ibu dari 2 anak. Dalam bukunya, ia menuliskan pengalaman membesarkan kedua anaknya dengan disiplin ketat agar mereka dapat mencapai kesuksesan. Gaya pengasuhan tersebut lantas ia namai sebagai tiger parenting. Beberapa karakter dari gaya pengasuhan tersebut adalah:

Karakter-karakter di atas dapat ditemukan dalam beberapa contoh perilaku orang tua, antara lain

Dampak kepada anak

Lalu bagaimana sih dampak dari tiger parenting kepada anak? Ternyata berdasarkan beberapa hasil penelitian didapatkan bahwa pola pengasuhan tersebut menimbulkan dampak negatif pada anak. Apa saja dampaknya?

Kepercayaan diri rendah

Ketika anak terus menerus dikoreksi, dipermalukan, dan dikritik oleh orang tua, besar kemungkinan anak akan memiliki gambaran yang buruk mengenai dirinya dan membuat anak menjadi kurang percaya diri. Anak merasa bahwa dirinya tidak pernah cukup baik sekeras apapun ia mencoba. 

Stres dan kecemasan meningkat

Anak yang merasa mendapatkan tekanan tinggi dari orang tua sering merasa stres dan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mentalnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki tingkat stres tinggi memiliki resiko lebih besar mengalami gangguan kecemasan dan depresi

Sulit mengambil keputusan

Anak akan merasa sulit mengambil keputusan karena ia diajarkan untuk selalu menuruti arahan orang tua. Meskipun secara nilai akademik baik, namun ia kesulitan mengambil pilihan dalam kehidupan sehari hari karena ia tidak pernah mendapat kesempatan memilih

Motivasi menurun

Tingginya tekanan dapat menyebabkan anak kehilangan minat dalam melakukan sesuatu dan menurunnya motivasi. Dorongan dari orang tua untuk belajar dan mendapatkan nilai bagus dapat membuat anak tidak memiliki motivasi internal, yaitu dorongan dalam diri untuk belajar karena merasa itu menyenangkan atau karena ia membutuhkannya. 

Kreativitas menurun

Tingginya tekanan dan kontrol dapat memicu rasa takut gagal. Anak akhirnya merasa takut untuk mengambil resiko dan mengejar apa yang ia inginkan, sehingga anak memiliki daya kreativitas yang rendah

Kesulitan mengelola emosi

Kurangnya dukungan emosi dalam tiger parenting membuat anak kesulitan belajar mengelola emosi. Ditambah lagi adanya tekanan yang tinggi akan meningkatkan stres pada anak. Dengan adanya tingkat stres yang tinggi dan kurangnya kemampuan kelola emosi, anak merasa kesulitan untuk mengelola stres dengan efektif. Anak pun beresiko mengalami kesulitan dalam mengelola marah dan mengontrol perilakunya

Meningkatnya resiko mengalami adiksi

Remaja yang mengalami stres dan memiliki tekanan yang tinggi lebih beresiko menyalahgunakan alkohol atau obat terlarang untuk menenangkan diri dan melarikan diri dari emosi negatif yang ia rasakan


Meskipun tiger parenting memiliki banyak dampak negatif, namun masih banyak orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan ini karena dirasa cara ini dapat memicu anak sukses secara akademis. Namun ternyata penelitian tidak menunjukkan hasil yang serupa. Sebagian besar anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini memiliki prestasi akademik yang kurang baik. Apabila pada akhirnya anak sukses, anak memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami dampak-dampak negatif seperti yang sudah disampaikan sebelumnya


Mencegah menjadi tiger parents

Mungkin ada di antara Parents yang dibesarkan oleh tiger parents. Jika tidak dikelola dengan baik, besar kemungkinan Parents akan mengulang pola tersebut dan menurunkannya kepada anak. Namun jangan khawatir, Parents bisa banget kok memutus rantai pola asuh ini. Bagaimana caranya?Apabila Parents atau pasangan dibesarkan dengan gaya pengasuhan tiger parenting, berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari melakukan pola yang sama kepada anak

Hindari langsung menghukum anak ketika ia memiliki masalah

Saat anak memiliki masalah, luangkan waktu untuk mendengarkan dan memahami apa yang terjadi. Dibandingkan langsung berasumsi bahwa anak melakukan kesalahan, coba untuk bersabar dan beri kesempatan anak mengekspresikan dirinya, beri ia pertanyaan dan validasi emosinya. Ketika orang tua dapat memberikan lingkungan yang aman bagi anak untuk mengekspresikan diri, anak akan memiliki rasa percaya pada orang tua. Jika anak merasa percaya dan aman dengan orang tua, besar kemungkinan ia akan datang pada Parents kapanpun ia membutuhkan bantuan dan dukungan

Luangkan waktu untuk mengenal anak

Terkadang dengan kesibukan dalam hidup, kita lupa untuk meluangkan waktu bersama dengan anak. Cobalah meluangkan diri untuk bercakap-cakap dengan anak dan meminta ia menceritakan apa yang terjadi di hari itu. Harapannya Parents dapat memiliki hubungan yang lebih dekat dan hangat dengan anak

Dorong anak untuk berbagi pikiran dan ide

Ketika Parents menghargai pikiran dan ide anak, ia merasa bahwa dirinya berharga. Ia menjadi lebih percaya diri dan yakin dengan pendapatnya sendiri. Saat ada suatu ide yang tidak Parents setujui, coba ajukan pertanyaan terlebih dulu mengapa ia memiliki ide tersebut. Parents tidak harus selalu setuju dengan ide anak, namun Parents bisa memberi apresiasi atas proses berpikirnya. Dengan begitu anak memahami bahwa memiliki perspektif yang berbeda itu tidak apa-apa 

Hargai privasi anak

Privasi yang dimaksud dalam hal ini adalah kesempatan anak untuk berpikir, memiliki ide, dan merasakan sesuatu. Penting bagi anak untuk mengeksplorasi ide, emosi, dan hubungannya dengan lingkungan sekitar. Parents tetap butuh untuk terlibat untuk menjaga keamanan dan kesehatan anak. Namun apabila dirasa tidak ada yang membahayakan, biarkan anak melakukan eksplorasi. 

Beri anak kesempatan untuk memilih

Meskipun anak masih hidup dalam kontrol orang tua, namun ia sesekali perlu diberi kesempatan untuk memilih. Apabila anak terus menerus dikontrol, ia tidak akan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan saat dewasa nanti. 

Puji anak

Ketika usahanya dihargai, anak akan merasa berharga. Namun bukan berarti Parents harus selalu memberikan pujian kepada anak ya. Pujilah ketika anak terlihat sudah memberikan usaha yang maksimal

Beri dukungan dan masukan saat anak gagal atau membuat kesalahan

Mungkin Parents merasa kecewa ketika anak gagal atau melakukan kesalahan. Namun anak perlu memahami bahwa dalam proses belajar memang terkadang harus mengalami kedua hal tersebut. Dibandingkan menyalahkan, mempermalukan, atau menghakimi, coba dorong anak untuk terus berusaha dan bantu anak untuk terus memperbaiki diri dengan memberikan masukan

Cari bantuan professional

Berkonsultasi ke tenaga profesional dapat membantu Parents mengenali dan mengelola pengalaman di masa lalu. Terapi dapat membantu Parents belajar mengelola emosi, mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari, dan membentuk cara pengelolaan emosi yang lebih sehat



Referensi:

Chan, K. (2023). Tiger parenting: Impact on children’s mental health, Very Well Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-tiger-parenting-527086

Guarnotta, E. (2021). Tiger parents: Definition & impact on mental health. Parenting for Brain. https://www.parentingforbrain.com/tiger-parenting/

Li, P. (2023). What is tiger parenting and is it superior? Parenting for Brain. https://www.choosingtherapy.com/tiger-parents/#:~:text=Tiger%20parenting%20combines%20both%20positive%20and%20negative%20parenting%20behaviors.&text=In%20general%2C%20parents%20practicing%20this,to%20poorer%20outcomes%20in%20children.