Salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh anak adalah kemampuan self soothing. Kemampuan ini dapat menentukan bagaimana anak bisa mengelola emosinya dengan efektif, bahkan hingga nanti ia dewasa
Apa itu self soothing?
Self soothing adalah sebuah cara regulasi emosi dengan mengubah reaksi emosi menjadi lebih tenang ketika seseorang menghadapi hal yang tidak menyenangkan. Dengan melakukan self soothing kita dapat menurunkan intensitas emosi negatif dan menenangkan diri melalui suatu perilaku tertentu. Perilaku tersebut membuat kita merasa tenang dan nyaman sehingga kita merasa lebih baik.
Mengapa self soothing penting untuk anak-anak?
Seorang bayi memang terlahir dengan sistem yang membuat mereka sadar terhadap potensi bahaya. Namun bayi masih belum mampu mengelola emosinya sendiri. Para bayi biasanya akan melakukan perilaku self-soothing seperti menghisap jempol atau menarik rambut. Akan tetapi mereka belum memiliki kemampuan yang efektif untuk menenangkan diri ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan
Apabila anak-anak tidak diajarkan cara yang tepat, anak akan terbiasa melakukan perilaku self soothing yang maladaptif, dan pada akhirnya akan berujung menjadi perilaku yang bermasalah, misalnya perilaku membangkang pada anak atau adiksi pada dewasa.
Maka dari itu mempelajari perilaku self soothing sangat penting bagi anak. Tidak hanya anak belajar bagaimana menenangkan diri saat tantrum, melainkan juga anak belajar cara mengelola emosi yang efektif dan nantinya akan menjadi bekal hingga mereka dewasa
Contoh perilaku self soothing yang maladaptif
Berikut ini beberapa contoh perilaku self soothing yang maladaptif, yaitu:
- Menarik rambut
- Menghisap jempol
- Menghisap benda, misalnya dot atau baju
- Menggigit jari
- Menggigit benda, misalnya pensil
- Membenturkan kepala
- Mengalihkan ke makanan
- Melukai diri sendiri, misalnya menjatuhkan diri ke lantai atau memukul diri
Faktor penentu perilaku self soothing
Apa saja sih yang membedakan perilaku self soothing seorang anak dengan anak lainnya? Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana anak belajar perilaku self soothing
Temperamen anak
Temperamen anak dapat menentukan seberapa mudah ia menenangkan diri. Temperamen juga dapat mempengaruhi seberapa kuat pengaruh suatu kejadian pada anak dan bagaimana ia mengekspresikan emosi. Beberapa anak mungkin akan sangat terganggu dengan suara keras, namun beberapa anak tidak. Seorang anak yang sensitif dengan lingkungan sekitarnya akan cenderung lebih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri
Lingkungan
Pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan dapat mengganggu sistem regulasi diri anak. Ketika anak tumbuh di bawah tekanan, sistem respons stresnya akan beradaptasi terhadap situasi yang berbahaya. Hal ini dapat mengganggu kesejahteraan emosi anak dan kemampuan untuk menenangkan diri saat dewasa
Budaya
Budaya, nilai, dan praktek pengasuhan yang berbeda juga mempengaruhi bagaimana perilaku self soothing dipelajari. Beberapa budaya menganggap bahwa anak menangis adalah hal yang biasa dan tidak perlu ditenangkan. Beberapa budaya juga menganggap bahwa anak tidak perlu terlalu sering digendong. Padahal anak-anak, terutama bayi, mempelajari cara menenangkan diri salah satunya dengan sentuhan dari orang di sekitarnya
Kesehatan orang tua
Kesehatan fisik dan mental orang tua juga menjadi faktor yang mempengaruhi. Bayi dengan ibu yang memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi, atau kesehatan fisik, seperti komplikasi saat hamil, akan mempengaruhi bagaimana ia belajar cara menenangkan diri
Masa kecil orang tua
Orang tua yang dibesarkan secara kurang responsif akan mengalami kesulitan untuk merespons kebutuhan emosi anak dengan tepat. Perilaku memeluk anak saat tantrum mungkin terasa asing bagi orang ini. Bahkan beberapa orang tua menganggap perilaku anak yang tidak bisa mengontrol emosi adalah perilaku yang disengaja oleh anak untuk membuatnya marah. Hal ini membuat orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan emosi anak, sehingga anak tidak dapat membentuk perilaku menenangkan diri
Lalu bagaimana caranya untuk mengajarkan anak cara menenangkan diri?
Co-regulasi
Seorang anak tidak bisa menenangkan diri secara otomatis. Tanpa diajari, anak tidak akan tahu bagaimana cara menenangkan diri. Maka dari itu anak membutuhkan “guru” untuk memandunya. Keterlibatan orang tua sangat penting untuk membentuk perilaku regulasi diri pada anak.
Orang tua perlu melakukan co-regulasi dengan anak yaitu melalui interaksi yang hangat dan responsif. Orang tua memberi dukungan dan contoh untuk membantu anak membentuk emosi yang lebih positif. Hindari untuk meninggalkan anak yang sedang menangis. Anak tidak akan tahu bagaimana caranya menenangkan diri sendiri tanpa dibantu orang di sekitarnya dan justru merasa ia diabaikan
Gunakan teknik self soothing
Orang tua dapat menggunakan beberapa cara menenangkan diri untuk membantu bayi atau anak yang sedang kesulitan mengelola emosinya
- Alihkan perhatian: Di saat-saat awal anak merasa tidak nyaman, coba orang tua alihkan perhatiannya dari hal yang membuat anak terganggu
- Sentuhan fisik: Sentuhan yang menenangkan dan pelukan adalah cara yang penting untuk membantu anak mengelola emosinya. Sentuhan fisik dapat memicu hormon oksitosin yang bisa membantu tubuh anak menjadi lebih tenang
- Stimulasi ritmik: Bayi dapat coba ditenangkan dengan melakukan stimulasi ritmik seperti diayun-ayun, mendengarkan white noise, ditimang-timang, atau mendengarkan denyut jantung orang tuanya
Perhatikan tanda
Memberikan dukungan yang tepat di saat yang tepat adalah hal yang penting dalam co-regulasi. Orang tua perlu tanggap dan sensitif terhadap hal-hal yang bisa membuat anak menjadi terganggu, misalnya ketika anak merasa capek, lapar, atau bosan. Dengan begitu orang tua bisa mencegah anak merasa tidak nyaman dan kesulitan mengelola emosinya
Melakukan pola asuh yang sensitif, responsif, dan konsisten
Anak-anak belajar menenangkan diri tidak hanya saat ia merasa tidak nyaman. Interaksi sehari-hari yang membuat anak memiliki kelekatan aman juga berpengaruh terhadap kemampuan regulasi emosi. Orang tua perlu membangun pola asuh yang konsisten, responsif, dan penuh kasih sayang dalam interaksi sehari-hari.
Merespons kebutuhan anak membuat anak belajar bahwa ia berharga. Konsisten mengajarkan pada anak untuk percaya kepada orang lain. Anak belajar untuk terhubung dengan orang lain ketika orang tuanya sensitif dan penuh kasih sayang. Anak juga akan memiliki strategi menenangkan diri yang efektif ketika mampu menjalin kelekatan yang aman dengan orang tuanya
Sabar
Belajar menenangkan diri butuh proses. Terkadang orang tua merasa tidak nyaman saat melihat anaknya melakukan kesalahan atau tidak mampu mengelola emosinya. Akhirnya orang tua mencoba untuk menghilangkan emosi itu
Padahal nggak apa-apa lho merasakan emosi negatif. Cobalah untuk bersabar dalam menemani anak kita belajar dan berlatih cara mengelola emosi. Yakini bahwa seiring berjalannya waktu, ketika anak menguasai kemampuan ini, anak akan menjadi mandiri dan mampu menghadapi rintangan yang menghadang.
Jadi kemampuan menenangkan diri ini sangat penting ya, Parents. Namun untuk mempelajarinya, anak sangat membutuhkan dukungan dari orang sekitar, terutama orang tua. Jika orang tua merespons kebutuhan anak dengan marah atau tidak sabar, anak tidak akan belajar bagaimana mengelola emosinya, Ketika kita mampu menunjukkan perilaku tenang, kita membantu anak untuk menerima emosi negatif dan mencari cara yang efektif untuk berdamai dengan emosi itu
Referensi:
Li, P. (2023). Toddler self soothing behavior & 7 tips on teaching kids to calm down. Parenting for Brain. [Artikel]. https://www.parentingforbrain.com/self-soothing/