Pernah nggak Parents merasa tertekan dan cemas ketika berusaha untuk melakukan sesuatu? Perasaan itu membuat Parents merasa frustasi, tidak yakin, atau marah kepada diri sendiri dan akhirnya Parents tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Hati-hati ya, Parents! Hal tersebut adalah tanda dari self sabotage
Self sabotage adalah perilaku destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri dan membuat seseorang tidak bisa mencapai target yang telah ditentukan. Self sabotage dapat dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Perilaku yang disadari misalnya seseorang yang sengaja menunda pekerjaannya karena takut melakukan kesalahan. Sedangkan contoh perilaku yang tidak disadari adalah seseorang yang makan secara berlebihan karena ia rendah diri dan merasa bahwa penampilannya tidak menarik
Apa penyebabnya?
Self sabotage adalah cara yang digunakan oleh seseorang untuk mengatasi situasi yang menekan atau trauma di masa lalu. Namun cara ini tidak efektif dan justru dapat memperburuk keadaan karena orang tersebut mengalami kesulitan untuk mencapai target yang diinginkan sehingga ia semakin meyakini pikiran-pikiran negatif yang dimiliki
Pada dasarnya self sabotage muncul karena seseorang merasa rendah diri dan memiliki pandangan diri yang buruk tentang dirinya. Ia lalu melakukan perilaku self sabotage untuk membuktikan bahwa pikiran negatif yang ia miliki tentang dirinya benar.
Rasa rendah diri dan pandangan buruk tentang diri bisa terbentuk akibat masa kecil yang sulit. Ketika orang tua sering membandingkan atau mengatakan bahwa anaknya selalu salah, maka anak tersebut akan tumbuh dengan perasaan bahwa ia tidak pernah cukup baik
Seseorang yang pernah berada di relasi tidak sehat juga rentan memiliki pandangan diri yang buruk. Perlakuan yang pernah ia terima dalam relasi tidak sehat itu membuat ia meyakini bahwa ia tidak pantas dicintai. Ketika akhirnya ia menemukan seseorang yang baik, ia secara sadar ataupun tidak sadar menyabotase hubungan tersebut (misalnya dengan berselingkuh atau meminta putus tanpa alasan) karena ia meyakini bahwa ia tidak pantas dicintai
Contoh perilaku self sabotage
Wujud perilaku self sabotage dapat berbeda-beda di tiap orang. Perilakunya bisa berbentuk “lupa” dengan deadline, memulai suatu pekerjaan namun tidak menyelesaikannya, atau mungkin memiliki suatu impian namun tidak pernah diwujudkan meskipun ia memiliki sumber daya untuk meraih impian itu
Beberapa bentuk perilaku self sabotage yang sering dijumpai adalah
- Prokrastinasi. Perilaku ini dilakukan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa ia tidak bisa memberikan hasil yang baik karena ia merasa takut mengalami kegagalan atau mengecewakan orang lain
- Perfeksionis: Ketika seseorang memiliki standar yang tinggi, ia jadi memiliki alasan untuk menunda melakukan sesuatu. Ketika ia tidak dapat memenuhi standar tersebut, ia akan merasa malu, atau merasa bersalah karena telah mengecewakan orang lain
- Penyalahgunaan NAPZA: Beberapa orang mengkonsumsi obat terlarang atau alkohol untuk menenangkan pikiran mereka.
Bagaimana dampaknya?
Self sabotage membuat kita tidak menggunakan potensi yang kita miliki secara optimal sehingga kita merasa tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan Self sabotage juga dapat membuat reputasi kita menjadi buruk. Ketika kita tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan, orang lain akan melihat kita sebagai orang yang tidak bisa diandalkan, tidak berkomitmen, malas, atau tidak punya motivasi
Seseorang yang melakukan self sabotage juga biasanya kesulitan dalam menahan marah sehingga dapat berdampak negatif terhadap relasinya dengan orang lain. Selain itu kegagalan dan kekecewaan yang dialami juga membuat kita menjadi frustasi dan merasa bersalah dan lama kelamaan akan berdampak terhadapnya menurunnya kepercayaan diri
Bagaimana cara mengelolanya?
Kenali perilaku self sabotage
Parents perlu mencoba untuk mengenali perilaku self sabotage yang dimiliki
Apakah Parents punya target yang tidak pernah tercapai?
Atau Parents sering mengalami kegagalan tanpa alasan yang jelas?
Apakah ada sesuatu yang Parents lakukan atau tidak lakukan yang membuat orang lain frustasi?
Apakah ada suatu aktivitas atau tugas yang membuat Parents merasa tidak puas karena merasa sebenarnya Parents bisa melakukannya dengan lebih baik?
Mungkin rasanya tidak nyaman dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun hal ini adalah langkah yang penting ya untuk dilakukan.
Pahami emosi yang mendasari perilaku tersebut
Self sabotage sering didasari emosi cemas, marah, atau perasaan tidak berharga. Misalnya Parents tidak melakukan pekerjaan rumah karena marah suami tidak pernah membantu pekerjaan. Situasi itu memicu emosi marah dan akhirnya memunculkan perilaku self sabotage. Dengan memahami emosi, Parents akan lebih mudah untuk mengelola emosi sehingga Parents terhindar dari melakukan perilaku yang berdampak negatif.
Sadari pola pikir yang melandasi emosi
Kemungkinan besar emosi yang memicu perilaku negatif dilandasi oleh pikiran yang tidak rasional. Misalnya pada contoh di atas, ada pikiran bahwa suami adalah sosok yang egois sehingga muncullah rasa marah
Sadari apa yang Parents katakan kepada diri sendiri ketika ada perilaku self sabotage. Setelah disadari, coba tanyakan apakah pikiran itu rasional? Apakah dilandasi fakta atau hanya asumsi saja? Dalam contoh di atas, apakah benar suami sosok yang egois? Apakah ia tidak pernah sama sekali membantu? Apakah ia selalu berperilaku egois? Apakah kira-kira ada alasan lain mengapa ia tidak mau membantu?
Ubah perilaku, emosi, dan pikiran
Setelah menyadari emosi, perilaku, dan pikiran yang memicu self sabotage, langkah selanjutnya adalah mencoba mengubah hal tersebut. Ubah pikiran negatif dengan afirmasi positif. Afirmasi positif dapat berupa kata-kata yang menenangkan atau mengingat kelebihan apa yang Parents miliki
Lalu hubungkan afirmasi positif tersebut dengan target apa yang ingin diraih. Ketika kemampuan, pikiran, dan perilaku selaras, Parents dapat membentuk kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai apa yang diinginkan
Misalnya “Meskipun saat ini suamiku belum bisa membantu, aku tahu bahwa aku punya kemampuan dan sumber daya yang aku butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Ketika aku menyelesaikan tugas ini, aku tahu aku akan melepaskan stres dan kecemasan yang selama ini aku bawa saat sedang menunda-nunda pekerjaan”
Referensi:
Field, B. (2023). Self sabotaging: Why does it happen? Verywell Mind. [Artikel]. https://www.verywellmind.com/why-people-self-sabotage-and-how-to-stop-it-5207635#toc-what-causes-self-sabotaging-behavior
Mind Tools Content Team. (n.d). Self sabotage. Mind Tools. [Artikel]. https://www.mindtools.com/ano939l/self-sabotage