Aduh kasihan ya anaknya ditinggal mamanya kerja”

“Wah, enak ya lahirannya caesar jadi nggak ngerasain sakit kayak lahiran normal


Pernah nggak nih Moms dapat komentar sejenis kayak gini? Gimana rasanya? Sebel? Sedih? Ternyata komentar-komentar kayak gini bisa dikategorikan sebagai mom-shaming. Mom-shaming adalah komentar bernada penuh kritik dan judgemental mengenai pola asuh yang ditujukan untuk para ibu. Mom-shaming bisa dilakukan secara tatap muka, via chat, dan juga melalui media sosial.

Mom-shaming sering dilakukan oleh sesama ibu. Namun mom-shaming bisa juga dilakukan oleh orang-orang terdekat misalnya orang tua, mertua, teman, dan bahkan pasangan. Dampaknya para ibu yang dikritik merasa ragu dengan caranya dalam mengasuh anak. Para ibu juga menjadi insecure dan akhirnya menarik diri dari lingkungan sekitarnya. Kalau dibiarkan, ibu bisa merasa tertekan dan kesepian yang akhirnya berdampak terhadap kesehatan mental ibu.

Lalu apa yang bisa dilakukan nih Moms kalau ada yang melakukan mom-shaming ke kita?


  1. Mencoba memahami bahwa orang yang melakukan mom-shaming mungkin ingin lebih dilibatkan dalam pengasuhan anak kita, terlebih jika yang melakukan adalah orang terdekat kita. Bisa jadi mereka merasa bahwa pemberian kritik adalah tanda keterlibatan mereka dalam pengasuhan. Tanpa menyadari bahwa mungkin hal itu menyinggung perasaan. Moms bisa mencoba untuk melibatkan orang tersebut dalam hal lain, misalnya meminta saran, meminta berbagi pengalaman, atau meminta bantuan mengasuh anak.
  2. Orang yang melakukan mom-shaming mungkin kurang mengetahui kondisi sebenarnya dari apa yang Moms alami, misalnya kenapa Moms melahirkan melalui operasi caesar atau mengapa anak mengkonsumsi susu formula. Kalau Moms merasa perlu dan punya energi, boleh banget Moms jelaskan kepada orang tersebut alasan di balik pilihan yang Moms pilih.
  3. Mom-shaming bisa juga dilakukan karena orang tersebut memiliki masalah emosi, misalnya adanya amarah, perasaan bersalah atau insecurity dalam diri mereka. Permasalahan-permasalahan emosi tersebut coba ditutupi dan dilampiaskan dengan melakukan mom-shaming kepada orang lain. Jadi masalahnya ada di mereka ya, bukan di diri Moms.
  4. Moms boleh banget kok mengambil jarak dengan orang-orang yang membuat Moms merasa kurang nyaman. Lebih baik Moms menghabiskan waktu dengan orang-orang yang bisa memberi dukungan.
  5. Sadari dan yakini bahwa Moms yang paling tahu dan kenal anak Moms. Tentu kita boleh banget dapat masukan dari orang lain, tapi tetap yang paling tahu tentang keluarga kita adalah diri kita sendiri.
  6. Menerima bahwa tidak ada orang tua yang sempurna. Ada kalanya sebagai orang tua melakukan kesalahan and it’s okay. Yang penting Moms terus belajar dan terus berusaha untuk memperbaiki diri.


Yuk, coba hentikan mom-shaming mulai dari diri kita sendiri. Daripada mengkritik atau bersikap judgmental, coba tunjukkan kepedulian kita dengan bertanya “Gimana Moms kabarnya hari ini? Ada yang bisa kubantu?”. Karena beban dan tanggung jawab ibu sudah berat, jadi yuk Moms kita berpegangan tangan dan saling mendukung satu sama lain. Moms support Moms!


Referensi:

Newman, S. (2017). 10 ways to deal with mom-shaming. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/singletons/201710/10-ways-deal-mom-shaming