Menjadi orang tua adalah sebuah anugerah. Namun di balik anugerah tersebut, terdapat tanggung jawab dan tuntutan yang besar pula. Tak jarang peran ini menimbulkan stres bagi orang tua, bahkan bisa berdampak terhadap munculnya parental burnout.

Wah, ternyata burnout tidak hanya terjadi pada karyawan saja ya, tetapi bisa juga terjadi kepada orang tua. Burnout adalah kondisi yang dicirikan dengan munculnya kelelahan emosi, dan menurunnya kepuasan diri yang diakibatkan terpaparnya seorang individu dengan lingkungan yang melelahkan secara emosional. 

Nah, kondisi ini bisa terjadi juga lho pada orang tua! Parental burnout  adalah perasaan lelah yang dialami orang tua dan berdampak terhadap munculnya perasaan jauh dari anak-anak serta mulai meragukan kemampuannya sebagai orang tua.

Tahap pertama dari parental burnout adalah adanya rasa lelah yang terasa secara terus menerus. Kelelahan ini bisa berupa kelelahan fisik maupun kelelahan emosional. Pemicunya mulai dari kurang tidur, pola makan yang tidak teratur, hingga kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar atau bahkan lelah akibat stres dari tekanan kehidupan sehari-hari.

Tahap kedua yaitu saat orang tua yang kelelahan mulai menjauhkan diri dari anaknya agar ia bisa mendapatkan energinya kembali. Kondisi ini lalu diikuti dengan tahap berikutnya yaitu hilangnya kepuasan orang tua saat mengasuh anak. Ditandai dengan adanya pikiran “Aku sayang anak-anakku, tapi aku tidak tahan berada di dekat mereka. Aku tidak sanggup lagi menjadi orang tua”. Dampaknya, orang tua merasa bersalah, malu, dan tertekan yang tentunya akan menambah rasa lelah yang dirasakan.

Sayangnya, menjadi orang tua nggak bisa cuti seperti karyawan ya. Ketika parental burnout ini tidak ditangani dengan baik, efeknya bisa sangat buruk. Misalnya orang tua bisa melakukan kekerasan ataupun penelantaran terhadap anak. Selain itu parental burnout juga bisa memicu munculnya depresi. Maka dari itu penting sekali bagi orang tua untuk aware terhadap kondisi dirinya. 

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk mencegah parental burnout?

Luangkan waktu untuk diri sendiri

Sering banget nih para orang tua merasa bersalah untuk meluangkan waktu melakukan me-time. Padahal penting banget lho punya waktu untuk diri sendiri. Selain untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, Parents juga bisa memberi contoh kepada anak-anak bahwa penting sekali untuk memprioritaskan diri sendiri. Me-time ini nggak harus butuh waktu lama, cukup 5-15 menit saja.

Meminta bantuan

Parents nggak harus selalu jadi Super Parents kok. It’s okay untuk minta bantuan orang lain. Misalnya meminta bantuan menjaga anak oleh anggota keluarga lain atau tetangga. Jika belum memungkinkan, bantuan ini bisa berupa pendelegasian tugas. Misalnya memakai jasa laundry untuk cuci baju atau sesekali membeli makanan dari rumah makan.

Welas asih pada diri sendiri

Don’t be too hard on yourself ya Parents. Memang nggak ada orang tua yang sempurna kok, yang ada adalah orang tua yang terus berusaha memperbaiki diri sendiri. Ketika Parents mulai memiliki pikiran negatif, melakukan judgement, atau bahkan meragukan kemampuan sebagai orang tua, cobalah lebih berwelas asih pada diri. 


Referensi:

Abramson, A. (2021). The impact of parental burnout. https://www.apa.org/monitor/2021/10/cover-parental-burnout

Ramos, J. A. (2021). How to prevent parental burnout. https://www.all4kids.org/news/blog/how-to-prevent-parental-burnout/