Rumahku berantakan banget! Kenapa sih rumahku nggak bisa rapi? Kenapa aku nggak bisa kayak ibu-ibu lain?


Setiap hari kalau pulang ke rumah, pasti anak-anak udah tidur. Gimana kalau mereka nggak punya hubungan yang dekat denganku?


Seharusnya aku bisa jadi suami/istri/bapak/ibu yang lebih baik, tapi aku masih terlalu egois


Rasa bersalah sebenarnya emosi yang wajar untuk kita rasakan. Sebenarnya merasa bersalah itu boleh banget kok. Justru dengan adanya rasa bersalah berarti kita masih memiliki nilai-nilai dalam hidup. Dan nilai-nilai ini akan membantu kita memiliki hubungan sosial yang lebih baik karena kita akan berusaha untuk memperlakukan orang lain dengan adil dan penuh hormat.


Tapi terkadang perasaan bersalah bisa muncul berlebihan. Akibatnya bisa mempengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup kita. Misalnya jadi muncul perasaan tidak berharga, selalu merasa ada yang kurang dari diri sendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, dan bahkan bisa memicu munculnya depresi.


Kalau Parents sedang merasakan perasaan bersalah yang berlebihan, coba yuk lakukan latihan-latihan ini. 


Buat daftar hal yang sudah dilakukan

Kalau Parents merasa bersalah karena merasa belum menjadi orang yang baik, coba Parents buat daftar apa saja yang sudah Parents lakukan. Misalnya ada perasaan aku belum menjadi ibu yang baik. Coba deh ditulis apa saja yang selama ini Moms sudah lakukan untuk anak-anak. Boleh banget kok menulis hal-hal yang kecil. Mulai dari bermain bersama, memeluk, mencium, dan banyak lagi. Beri apresiasi pada diri sendiri atas apa yang sudah Parents lakukan selama ini. Apabila Parents merasa memang belum banyak hal yang sudah dilakukan, coba buat komitmen atau target tentang apa saja yang bisa ditingkatkan


Cari informasi

Jika Parents merasa bersalah karena merasa telah menyakiti orang lain, coba tanyakan pada orang tersebut apakah benar ia telah tersakiti. Konfirmasi apakah perasaan bersalah yang Parents rasakan adalah kenyataan atau asumsi. Jika memang benar orang tersebut merasa tersakiti, tentu langkah selanjutnya adalah meminta maaf ya.


Menempatkan diri di posisi orang lain

Seringkali nih kita terlalu keras pada diri sendiri. Terlalu banyak menuntut diri sendiri dan ketika tuntutan itu tidak tercapai, lalu muncul perasaan bersalah. Ketika Parents merasa seperti ini, coba bayangkan Parents menjadi orang yang Parents sayangi. Misalnya pasangan, anggota keluarga, atau sahabat. Kira-kira bagaimana situasi yang sedang Parents hadapi jika dilihat dari sudut pandang mereka?


Hindari pola pikir black and white

Apakah kalau membiarkan anak sesekali makan junk food lantas menjadikan kita orang tua yang tidak baik? Apakah kalau kelepasan membentak anak langsung membuat kita menjadi orang tua yang jahat? Hindari yuk pola pikir ekstrim seperti ini. Karena memang tidak ada manusia yang sempurna kok. Jadi coba fokus pada usaha yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri saja ya.


Kenali emosi lain di balik perasaan bersalah

Bisa jadi di balik perasaan bersalah ada emosi lain seperti marah, takut, atau cemas. Misalnya Parents merasa bersalah karena kurang punya banyak waktu dengan anak. Mungkin ada emosi lain di balik itu, yaitu cemas jika nanti anak tidak memiliki kedekatan emosi dengan Parents. Atau ketika Parents merasa bersalah ketika berinteraksi dengan seseorang yang playing victim. Mungkin sebenarnya ada emosi marah kepada orang tersebut


Menyadari bahwa kita butuh merawat diri sendiri

Seringkali ada kekhawatiran untuk melakukan self care karena dianggap hanya membuang-buang waktu, uang, atau bahkan takut dianggap egois. Merawat diri sendiri alias self care itu penting banget. Ibaratnya sebuah kendaraan, tentu perlu ada perawatan mesin, diservis secara rutin, dan dicuci agar bisa berfungsi secara maksimal. Begitu juga manusia, perlu menyempatkan diri untuk merawat diri agar nggak "turun mesin". 


Perasaan bersalah tidak akan mengubah masa lalu. Perasaan bersalah tidak akan memperbaiki masa depan. Perasaan bersalah juga tidak menyelesaikan masalahJL. Jadi yuk kita kelola dan lepaskan diri rasa bersalah yang berlebihan


Referensi:

Greenberg, M. (2017). 8 empowering ways to stop feeling guilty. https://www.google.com/amp/s/www.psychologytoday.com/us/blog/the-mindful-self-express/201703/8-empowering-ways-stop-feeling-guilty%3famp