Ketika menjadi orang tua, tentunya Parents akan mengalami berbagai tantangan dan situasi yang tidak menyenangkan dalam mengasuh anak. Mulai dari rasa lelah, perasaan bersalah, kekecewaan, kematian, dan hal-hal lain yang berada di luar kendali. Terkadang kejadian tersebut membuat kita berpikir “Kenapa sih bisa kayak gini?” atau “Kenapa ya hidupku gini banget!”. Salah satu cara untuk dapat melalui itu semua adalah dengan penerimaan.
Ketika kita memiliki harapan atau keinginan dan tidak tercapai, maka akan muncul perasaan kecewa dan tertekan. Karena perasaan itu tidak menyenangkan, kita pun mencoba untuk mengabaikan, melawan, atau menghindari perasaan itu. Namun sayangnya cara-cara tersebut tidak akan mengubah apapun dan justru akan membuat kita merasa semakin menderita.
Penerimaan dapat membantu Parents mentoleransi pengalaman tidak menyenangkan dalam hidup. Dengan menerima, Parents dapat mengenali apa saja yang dapat ia kontrol dan dapat mengalihkan energi kepada hal yang dapat ia kontrol.
Menerima bukan berarti pasrah begitu saja terhadap apa yang terjadi, mengabaikan apa yang kita butuhkan, atau menyerah pada keadaan. Melainkan adanya kesadaran untuk memilih tidak menghabiskan energi melawan kenyataan yang sudah ada. Dengan kata lain mengikhlaskan apa yang terjadi dan menerima sesuatu dengan apa adanya
Menjadi orang tua berarti terkadang kita harus mengatasi rasa marah, takut, dan perasaan tidak berdaya. Melatih penerimaan adalah cara yang baik untuk mengatasinya. Parents akan terbantu untuk mengatasi penderitaan dan belajar dari pengalaman tidak menyenangkan. Parents juga dapat lebih terkoneksi pada diri sendiri, orang lain, dan keadaan masa kini.
Dalam konteks pengasuhan, orang tua dapat melakukan penerimaan dengan 3 pendekatan, yaitu:
Terima siapa diri Parents sebenarnya
Dikarenakan beberapa sebab, mungkin Parents belum menerima diri Parents seutuhnya. Ada hal-hal yang rasanya ingin diubah atau ingin diperbaiki. Atau mungkin Parents merasa harus menjalani hidup yang sebenarnya tidak diinginkan karena tuntutan. Parents perlu belajar untuk menerima diri sendiri tanpa perlu melabel apakah baik atau buruk. Tapi bukan berarti Parents tidak bisa berkembang ya. Keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik tetap bisa ada kok seiring dengan penerimaan diri. Perlu diingat bahwa kita tidak akan menjadi pribadi yang lebih baik dengan membuat kita merasa sebagai seseorang yang buruk.
Terima anak apa adanya
Ketika anak merasa orang tua tidak menerima mereka seutuhnya, hal ini dapat mempengaruhi rasa berharga dan kepercayaan dirinya. Mungkin Parents merasa berbeda dengan anak atau merasa kesulitan memahami cara pandangnya terhadap dunia, serta kepribadiannya. Namun dengan menerima anak dan keunikannya adalah hadiah yang sangat berharga untuk anak.
Parents perlu memahami bahwa pada akhirnya anak adalah seorang individu mandiri. Artinya kita tidak bisa mengendalikan, mengubah, atau “memperbaiki” cara anak berpikir, merasakan, atau berperilaku. Parents hanya bisa mencoba untuk mengarahkan dan membimbing anak. Ketika Parents memaksa mereka untuk berubah, hubungan dengan anak menjadi kurang baik. Padahal anak sangat membutuhkan koneksi yang mendalam dalam perkembangannya. Koneksi yang kuat dan mendalam dengan sendirinya akan membuat orang tua berpengaruh besar terhadap kehidupan anak sehingga mereka akan mendengarkan pendapat dan nasehat dengan tanpa paksaan
Terima keadaan apa adanya
Mencoba menerima realita atas apa yang terjadi dapat membantu Parents untuk melihat fakta dan bagaimana meresponnya dengan tepat. Fokuskan energi pada apa yang bisa dilakukan bukan pada apa dan siapa yang tidak bisa kita kendalikan.
Ingat bahwa pada dasarnya seseorang akan berusaha sebaik mungkin jika ia mampu. Jadi apabila seseorang berperilaku tidak menyenangkan pada kita, kemungkinan besar ada kebutuhannya yang belum terpenuhi. Dengan memahami hal ini, diharapkan Parents akan lebih bisa berempati terhadap orang atau situasi yang tidak menyenangkan.
Untuk dapat menerima diri sendiri, anak, dan situasi, tentunya Parents butuh berlatih. Berikut ini adalah 7 langkah yang bisa Parents lakukan untuk meningkatkan penerimaan.
- Sadari saat diri Parents tidak menerima atau menolak sesuatu. Penolakan biasanya berbentuk pikiran negatif seperti “ini sangat memalukan, buruk, bencana, atau harusnya tidak seperti ini”
- Namai perasaan yang muncul ketika Parents menolak sesuatu. Marah, terganggu, frustasi, atau gelisah adalah emosi yang umumnya hadir saat kita berusaha menolak sesuatu
- Sadari bagaimana emosi itu memunculkan sensasi fisik di tubuh. Misalnya otot menjadi tegang atau dada terasa sesak. Tarik nafas panjang dan coba untuk merilekskan otot otot dalam tubuh sambil menghela nafas panjang
- Terima semua pikiran, perasaan, dan sensasi fisik tersebut dengan penuh kebajikan dan welas asih, tanpa judgement apapun (misalnya “harusnya aku tidak boleh merasa seperti ini”, “baper banget sih!”, atau “kamu harus kuat, nggak boleh nangis!”
- Secara sadar putuskan untuk menerima kenyataan. Suka atau tidak memang ada hal-hal yang di luar kendali Parents, dan tidak ada yang bisa Parents lakukan selain menerimanya. Jadi coba bayangkan Parents berada di persimpangan 2 jalan, 1 jalan mengarah ke penerimaan, jalan lain tidak. Arahkan langkah menuju ke penerimaan
- Fokuskan diri pada situasi, bukan cerita yang Parents sampaikan kepada diri sendiri. Terima kenyataan ini terjadi karena berbagai keputusan kecil yang pernah Parents ambil dan sudah terjadi sebelumnya, baik Parents sadari maupun tidak
- Lakukan afirmasi diri. Katakan pada diri sendiri
“Aku tidak suka ini terjadi, namun aku menerimanya. Daripada aku menolak kenyataan ini, aku memilih untuk merespons situasi ini dengan bijak”
“Aku tidak bisa mengontrol orang lain”
“Hal ini berat untukku tapi aku bisa melaluinya”
“Tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengubah masa lalu”
Ketika kita menerima diri apa adanya, menerima anak, dan situasi, kita dapat melihat realita dari apa yang sesungguhnya dihadapi. Parents dapat melangkah untuk tumbuh dan membuat kemajuan, bukannya terjebak dalam masa lalu atau berandai-andai tentang hal yang tidak bisa diubah. Parents dapat mengubah pikiran, kata-kata, dan perilaku untuk memperbaiki situasi, atau minimal tidak membuatnya menjadi semakin buruk. Parents juga dapat membuat rencana mengenai apa yang akan dilakukan jika situasi yang sama terjadi di masa mendatang
Jadi selama tidak ada yang terancam bahaya, cobalah untuk menikmati segala “kekacauan” dalam keluarga. Tidak perlu melawan pikiran dan emosi negatif. Cukup tarik nafas panjang dan nikmati setiap momennya. Ketika kita menerima dan berusaha menikmati, hidup menjadi lebih ringan dan kita akan lebih mampu menikmati setiap momen dalam hidup
Referensi:
Coor, N. (2021). How to practice radical acceptance as a parent. Quick and Dirty Tips. https://www.quickanddirtytips.com/articles/how-to-practice-radical-acceptance-as-a-parent/
Mckay, M., Wood, J. C., & Brantley. J. (2007). The dialectical behavior therapy skills workbook. Raincoat Books