“Anak saya itu kerjaannya maiiiiinnn teruusss!”
Cukup sering ya Parents mendengar keluhan seperti ini. Atau jangan-jangan Parents sendiri yang sering mengatakan kalimat ini? Beberapa orang tua merasa cemas kalau anaknya terlalu banyak bermain. Muncul pikiran bahwa saat anak bermain, ia jadi tidak belajar. Eittsss, ternyata anak bisa belajar banyak hal lho saat sedang bermain. Keterampilan apa saja sih yang bisa didapatkan anak saat bermain?
Pertama, dari bermain anak menjadi belajar mengenai ketangguhan. Ketangguhan adalah salah satu sifat yang perlu dimiliki oleh setiap individu karena semua orang pasti akan mengalami masalah dan masa sulit. Ketangguhan adalah penentu apakah individu tersebut mampu bangkit atau menyerah dengan keadaan. Saat anak bermain, seringkali mereka menghadapi konflik. Misalnya mereka merasa kesulitan memasang puzzle, berebut mainan dengan teman, atau kalah saat bermain lomba sepeda. Dari konflik-konflik tersebut, anak belajar untuk meregulasi emosinya. Proses pembelajaran ini sangat efektif karena mereka belajar di dalam konteks yang menyenangkan, yaitu permainan, serta secara tidak sadar mereka “dipaksa” untuk meregulasi emosinya karena jika anak terus-terusan menangis atau ngambek, ia tidak akan diajak main lagi oleh temannya. Dan itu bukan suatu hal yang menyenangkan bagi anak.
“Ketangguhan bukan didapat dari menghindari stres, melainkan bagaimana kita menghadapi stres tersebut”
Selain belajar mengenai ketangguhan, anak juga meningkatkan internal locus of control nya. Apa itu locus of control? Locus of control adalah tingkat kepercayaan individu mengenai seberapa besar ia memiliki kontrol terhadap hidupnya. Terdapat 2 tipe yaitu eksternal dan internal. External locus of control adalah kepercayaan bahwa hidup individu dikontrol oleh pihak lain, sebaliknya individu dengan internal locus of control yang tinggi percaya bahwa hidupnya dikontrol oleh dirinya sendiri. Melalui bermain bebas, anak belajar mengontrol hidupnya. Ia terbiasa menentukan apa yang ingin ia lakukan, dan anak memahami apa yang ia sukai dan apa yang tidak ia sukai. Saat diberi ruang, anak pun belajar untuk mempercayai kemampuannya sendiri.
Lalu bagaimana tips bermain anak agar kegiatan mereka bermanfaat?
- Fokus: Saat sedang bermain dengan anak, usahakan untuk berada di kondisi here and now. Hadirlah saat bermain dengan anak. Matikan TV dan jauhkan gadget dari jangkauan. Dua puluh menit setiap hari sudah cukup kok bagi anak, asalkan orang tua benar-benar fokus saat bermain.
- Bangun lingkungan yang “kaya”: Kondisikan tempat bermain anak menjadi tempat yang kaya stimulasi. Hindari meletakkan barang pecah belah atau berbahaya sehingga anak bebas mengeksplor dan Parents tidak perlu bolak-balik membatasi anak.
- Gunakan seni: Seni sangat baik untuk membantu anak melatih keativitas, daya imajinasi, dan mengekspresikan emosinya. Bebaskan anak saat melakukan kegiatan seni, tidak perlu terlalu banyak koreksi dan arahan.
- Ajak berkegiatan di alam: Ajak anak mengeksplor lingkungan sekitarnya. Sesekali ajak anak ke gunung, pantai, atau hutan. Banyak banget kegiatan yang bisa mereka lakukan di sana.
- Bermain bebas: Bebaskan anak bermain, turuti kemauannya apa yang ingin ia mainkan hari ini selama tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
- Bersungguh-sungguh: Cobalah untuk total saat bermain. Bangkitkan “anak kecil” dalam diri kita jadi nggak perlu jaim ya, Parents.
- Biarkan anak bermain sendiri: Ternyata anak juga perlu me-time lho. Biarkan sesekali ia asyik bermain sendiri tanpa perlu orang tua terlibat langsung. Bermain sendiri dapat membantu anak merefleksikan dan memahami kejadian-kejadian yang ia alami.
- Buat tantangan: Untuk melatih ketangguhannya, buatlah tantangan saat bermain dengan anak. Misalnya dengan menantang ia melakukan hal baru, meningkatkan tingkat kesulitan permainan, atau mengajaknya berkompetisi
- Playdate: Jangan lupa ajak orang tua lain bermain bersama untuk melatih kemampuan sosial anak. Anak juga bisa mencontoh bagaimana orang tuanya bersosialisasi dengan teman.
- Jangan mudah ikut campur: Saat anak sedang mengalami konflik (rebutan mainan, gagal mencoba, kalah, dsb), orang tua perlu mundur sejenak dan memberi kesempatan pada anak untuk mengatasi konflik tersebut secara mandiri.
Wah, terrnyata banyak banget ya manfaat dari bermain. Jadi kalau anak kita sepertinya maiiinn terus, that’s okay! Karena memang anak-anak belajar melalui bermain, dan kecerdasan emosi serta sosial tersebut tidak didapatkan dari pelajaran di sekolah. Yuk, main bareng!
Referensi:
Alexander, J., J. , Sandahl, I. D., Kumalasari, A., & Tripeni, Y. (2018). The Danish Way of Parenting: Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak. Yogyakarta: Bentang Pustaka.