Luka pengasuhan adalah rasa sakit dan luka emosi yang dibawa oleh orang tua dan diwariskan kepada anaknya. Mengapa luka ini bisa diwariskan? Karena sejak lahir hingga sekitar usia 7 tahun, anak belajar dengan cara menyerap apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan seperti spons. Termasuk bagaimana kebiasaan, belief, dan pola interaksi orang tua.
Luka ini begitu mendalam sehingga secara tidak sadar dapat mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku orang tua. Anak akhirnya merasa tidak dicintai, diabaikan, tidak dipedulikan, atau merasa tidak aman saat dekat dengan orang tua.
Luka pengasuhan memang bukan diagnosis klinis dalam bidang psikologi, namun mengenali luka ini dapat membantu Parents untuk tumbuh menjadi orang tua yang lebih baik dan tidak meneruskan pola tersebut pada anak.
Beberapa perilaku orang tua yang dapat menimbulkan luka pengasuhan antara lain:
- Orang tua hanya berusaha mencukupi kebutuhan pokok, namun tidak memberikan rasa cinta, kepedulian, dan rasa aman kepada anak
- Tidak mampu berempati kepada emosi anak dan membantunya mengelola emosi
- Tidak mengizinkan anak mengekspresikan emosi negatif
- Sering mengkritik
- Tidak punya waktu untuk anak karena terlalu sibuk
- Pernah mengalami kekerasan fisik atau kekerasan emosi dan tidak memproses trauma tersebut dengan baik sehingga kesulitan menunjukkan rasa cinta kepada anak
- Memiliki gangguan psikologi yang belum tertangani
- Kecanduan alkohol atau NAPZA
Tentunya akan muncul dampak negatif pada anak ketika dibesarkan dalam lingkungan seperti itu. Efeknya antara lain:
Merasa tidak berharga
Hubungan yang dekat dan aman akan membantu anak merasa berharga. Tanpa adanya kelekatan ini, anak kesulitan untuk percaya kepada dirinya sendiri dan menganggap bahwa dirinya tidak berharga serta tidak pantas dicintai
Emosi kurang matang
Orang tua yang tidak hadir untuk anak tidak mampu membantu anak untuk mengelola emosi. Anak juga tidak diizinkan untuk mengekspresikan emosi negatifnya, bahkan anak didiamkan, dimarahi, dipermalukan, atau diejek ketika menunjukkan emosi negatif. Akhirnya anak tidak mampu mengelola emosi dan menganggap emosi negatif adalah hal yang buruk, bahkan hingga ia telah dewasa
Sulit mengendalikan diri
Tanpa adanya kemampuan untuk mengelola emosi yang baik, anak akan kesulitan untuk mengendalikan diri. Akhirnya anak memilih cara negatif untuk mengelola emosinya, misalnya dengan mengkonsumsi alkohol atau NAPZA
Sulit menjalin relasi dengan orang lain
Anak yang dibesarkan dengan luka pengasuhan akan merasa sulit untuk percaya kepada orang lain. Ia juga tidak tahu bagaimana caranya menjalin kedekatan secara emosi sehingga ia akan kesulitan menjalin relasi dengan orang lain
Memiliki hubungan codependency
Dikarenakan adanya perasaan tidak berharga, maka ia cenderung untuk mengesampingkan kebutuhannya dan memprioritaskan kebutuhan orang lain. Perilaku ini didasari adanya ketakutan ditinggalkan atau diabaikan. Hingga dewasa ia akan berusaha untuk selalu menunjukkan hal yang baik dan menekan sesuatu yang buruk agar mendapat penerimaan dari orang lain.
Apabila Parents adalah salah satu anak yang dibesarkan dengan luka pengasuhan, yuk berproses untuk menyembuhkan luka tersebut. Bagaimana caranya?
Memahami dan memproses pola di masa kecil
Langkah pertama adalah dengan mengenali emosi yang dirasakan, misalnya marah, benci, kecewa, dan sebagainya. Terima emosi itu tanpa judgement apapun. Lalu cobalah untuk mengekspresikan emosi tersebut dalam lingkungan yang aman. Misalnya dengan bercerita atau menulis jurnal.
Memaafkan
Menjadi orang tua adalah tugas yang sulit, namun di sisi lain orang tua hanyalah manusia biasa yang pasti pernah membuat kesalahan. Mereka sudah berusaha sebaik mungkin dengan kondisi yang sedang mereka alami. Tidak mudah memang, namun cobalah untuk memahami dan menerima kenyataan tersebut.
Ketika seseorang berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan kepada kita, bisa diibaratkan seperti orang tersebut menancapkan pisau. Memaafkan adalah kesiapan Parents untuk melepaskan pisau tersebut dan mencoba fokus menyembuhkan luka tusukan.
Memaafkan tidak berarti melupakan semua kesalahan atau bersikap seolah-olah semua baik-baik saja. Kejadian di masa lalu tetap terjadi, emosi yang Parents rasakan tetap valid, namun tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah masa lalu. Memaafkan dapat membantu Parents meringankan langkah maju ke depan
Reparenting
Reparenting artinya Parents menjadi orang tua untuk sendiri dan memenuhi kebutuhan yang tidak dimiliki saat masih kecil, termasuk rasa aman dan perasaan berharga.
Konsep diri dibentuk salah satunya dari bagaimana orang tua berinteraksi dengan kita. Dikarenakan adanya luka pengasuhan, mungkin orang tua tidak mampu membantu kita membangun konsep diri yang positif. Terima kenyataan tersebut dan ingatlah bahwa Parents bisa membuat kembali konsep diri yang lebih positif
Kenali juga kebutuhan diri. Selama ini Parents mungkin merasa kebutuhan Parents tidak penting dan lebih memprioritaskan kebutuhan orang lain. Cobalah untuk setting boundaries sebagai bentuk Parents menyayangi diri sendiri
Saat ini Parents sudah menjadi individu dewasa yang mampu mengambil pilihan. Termasuk pilihan apakah Parents ingin tetap memelihara luka pengasuhan atau menyembuhkannya sehingga Parents tidak mewariskannya lagi kepada anak-anak. Jadi, apa yang Parents pilih?
Catatan:
Tulisan ini hanya bertujuan sebagai sarana informasi dan edukasi serta tidak dapat menggantikan peran tenaga profesional. Apabila dibutuhkan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional
Referensi:
Gaba, S. (2019). The mother wound. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/addiction-and-recovery/201910/the-mother-wound
Lewis, R. (2020). What is the mother wound and how do you heal? Healthline. https://www.healthline.com/health/mother-wound