Kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola emosinya. Seseorang dengan emosi yang matang mampu memahami pikiran dan perilakunya lalu memutuskan respons apa yang tepat untuk menghadapi situasi yang sedang dihadapi, termasuk jika situasi tersebut dirasa kurang menyenangkan. Dengan emosi yang matang, maka ia mampu melalui situasi tersebut dengan tenang
Beberapa karakteristik seseorang dengan emosi yang matang adalah:
Fleksibel
Terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Seseorang dengan emosi yang matang dapat bersikap fleksibel dan mencari cara untuk beradaptasi dan menangani situasi tersebut
Bertanggung jawab
Seseorang yang matang secara emosi akan bertanggung jawab terhadap kesalahannya tanpa menyalahkan orang lain. Dibutuhkan kejujuran pada diri sendiri dan penerimaan untuk bisa bertanggung jawab. Ketika ia melakukan kesalahan, ia akan mencoba melakukan refleksi dan berusaha memahami mengapa ia melakukan kesalahan tersebut dan juga mencoba untuk memperbaiki diri
Tahu ia tidak selalu benar
Ia juga memahami bahwa ia tidak selalu benar dan juga tidak selalu tahu segalanya. Ia mencoba untuk berpikir terbuka agar ia mampu mendapat masukan dari orang lain dan bisa mempelajari sesuatu dari situasi yang sedang dihadapi. Selain itu, ia juga mampu untuk membuka diri dan menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang sempurna sehingga ia tidak ragu untuk mencari bantuan ketika membutuhkannya
Berusaha untuk belajar dan bertumbuh
Ia akan berusaha mencari apa yang bisa ia pelajari dari suatu situasi dan mencari kesempatan untuk bertumbuh dengan bertanya “Bagaimana aku bisa tumbuh dan belajar dari situasi ini?”
Melihat dari sudut pandang lain
Seseorang dengan kematangan emosi yang baik akan berusaha untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ia mencoba untuk memahami apa yang orang lain rasakan dan alami. Di sisi lain, ia tidak merasa terancam dengan perbedaan pendapat, namun justru menjadikan perbedaan itu sebagai kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dari orang lain.
Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Ketika emosinya matang, maka saat ia merasakan suatu emosi negatif atau mengalami kegagalan, ia akan mengenali emosi, mengidentifikasi apa yang bisa dilakukan, dan mencoba untuk bangkit
Tenang
Seseorang dengan kematangan emosi bukan berarti tidak bisa merasakan emosi apapun ya. Ia tetap bisa merasakan emosi negatif kok seperti marah atau sedih, hanya saja ia tetap bisa mengendalikan diri. Saat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, ia berusaha untuk tenang sehingga bisa menangani suatu masalah dengan kepala dingin. Ia tahu bahwa ketika ia tidak mampu mengelola emosi dengan baik, maka ia akan semakin kesulitan mencari solusi dari masalah yang dihadapi
Yakin dengan dirinya sendiri
Ia optimis dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi segala rintangan yang akan dilalui. Apabila ia merasa tidak mampu, ia tidak segan untuk mencari tahu dan belajar dari lingkungan sekitarnya
Mampu membuat batasan
Membuat batasan adalah bentuk dari mencintai dan menghargai diri sendiri. Seseorang yang matang emosinya mampu membuat batasan yang jelas mengenai mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta tidak membiarkan orang lain melanggar batasan itu
Kematangan emosi tidak dipengaruhi oleh usia. Dengan kata lain, semakin tua seseorang belum tentu emosinya semakin matang. Lalu apa saja faktor yang mempengaruhi kematangan emosi?
Pola kelekatan
Yaitu seberapa kuat dan berkualitas ikatan yang dimiliki dengan orang terdekat di masa kecil. Apabila emosinya cenderung diabaikan, tidak divalidasi, atau ditekan saat kecil, besar kemungkinan ia menjadi kurang matang secara emosi dan kesulitan untuk mengelola emosi saat dewasa nanti
Contoh orang dewasa
Anak akan belajar dan meniru dari lingkungan sekitarnya, termasuk bagaimana cara untuk mengelola emosi. Ketika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak memberi contoh bagaimana cara mengelola emosi yang tepat, maka ia tidak akan belajar dan tidak tahu bagaimana caranya hingga dewasa.
Pengalaman tidak menyenangkan
Pengalaman traumatik atau pengalaman tidak menyenangkan juga mempengaruhi kematangan emosi seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut tentunya memicu munculnya emosi negatif. Apabila emosi negatif tersebut tidak ditangani dengan baik, maka besar kemungkinan emosi itu akan terakumulasi dan muncul di masa mendatang sehingga membuat orang tersebut kesulitan mengelola emosinya
Relasi yang baik
Ternyata tidak hanya hubungan dengan orang tua dan keluarga saja yang mempengaruhi kematangan emosi seseorang, melainkan juga relasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Ketika seseorang mampu menjalin relasi yang baik dengan orang lain, besar kemungkinan ia akan memiliki kematangan emosi yang lebih baik
Lalu bagaimana tips untuk meningkatkan kematangan emosi?
Journalling
Dengan menulis jurnal kita dapat mengekspresikan dan mengenali emosi yang dirasakan. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kesadaran dalam diri, termasuk menyadari pikiran, perasaan, dan perilaku kita. Apabila Parents merasa kesulitan untuk menulis jurnal, Parents bisa mencoba untuk menggambar atau memberi warna pada emosi yang dirasakan. Parents bisa juga menggunakan pertanyaan bantuan (prompt) untuk membantu menulis. Parents bisa menggunakan fitur journalling di aplikasi Belajar Parenting ya!
Mencari contoh
Apabila Parents tumbuh di lingkungan yang tidak bisa memberikan contoh cara mengelola emosi yang tepat, carilah orang sekitar yang menurut Parents memiliki kemampuan manajemen emosi yang baik. Lalu perhatikan dan tiru bagaimana cara ia mengelola emosinya dan berhadapan dengan orang lain.
Belajar tentang emosi
Pahami bahwa emosi muncul karena ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada diri. Misalnya emosi kecewa muncul karena diri ingin menginformasikan bahwa ada sesuatu yang diharapkan namun tidak terwujud atau emosi sedih muncul karena kita kehilangan sesuatu yang berharga.
Pahami juga bahwa emosi dapat mempengaruhi tubuh dan pikiran. Coba perhatikan bagaimana reaksi tubuh saat sedang emosi, misalnya jantung berdetak lebih kencang, nafas lebih terengah-engah, dan sebagainya. Dengan menyadari sensasi tubuh, kita jadi lebih sadar dengan emosi yang dirasakan sehingga diharapkan kita mampu mengelola dan mengekspresikan emosi tersebut dengan lebih baik
Belajar dari kesalahan
Coba untuk bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. Apabila melakukan kesalahan, ambil pelaharan sehingga bisa terhindar untuk mengalami kesalahan yang sama di kemudian hari
Observasi orang lain
Ketika menghadapi orang lain yang berperilaku kurang menyenangkan, hindari untuk langsung memberi penghakiman. Coba amati apa yang membuat mereka berperilaku seperti itu, apakah mungkin ada suatu kebutuhan yang belum terpenuhi atau ia tidak memiliki kemampuan mengelola emosi yang baik. Jika memungkinkan, cobalah untuk berempati kepada orang tersebut.
Mendengarkan opini orang lain yang berbeda pandangan
Untuk melatih fleksibilitas, cobalah untuk mendengarkan pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita. Cara ini juga dapat membuat kita memahami sudut pandang orang lain.
Jeda sebelum bereaksi
Apabila berhadapan dengan situasi yang kurang menyenangkan, coba untuk jeda terlebih dulu sebelum bereaksi apapun. Ketika jeda tersebut cobalah untuk menyadari apa yang sedang Parents pikirkan dan rasakan. Lalu lakukan sesuatu untuk menenangkan diri. Jeda ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya dengan menarik nafas panjang, minum air putih, berjalan kaki, pindah ke ruangan lain, dan sebagainya
Komunikasikan kebutuhan
Salah satu cara untuk meningkatkan kematangan emosi adalah dengan belajar untuk mengkomunikasikan kebutuhan. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan i-message, yaitu “saya merasa…. saat… saya harap…”
Perlu dipahami bahwa kematangan emosi adalah proses belajar seumur hidup. Kemampuan ini bukan jenis kemampuan yang berhasil kita kuasai dan selalu bisa diterapkan dalam segala situasi. Ada kalanya kita kehilangan kontrol ketika menghadapi situasi yang sulit. Hanya saja dengan belajar untuk menyadari emosi, kita akan lebih mudah untuk mengelola emosi yang dirasakan
Referensi:
Gillete, H. (2022). 10 signs of emotional maturity. PsychCentral. https://psychcentral.com/blog/signs-emotional-maturity#causes-of-emotional-maturity
Lamonthe, C. (2020). Emotional maturity: What it looks like. Healthline. https://www.healthline.com/health/mental-health/emotional-maturity#characteristics