Trauma adalah reaksi emosi terhadap suatu kejadian tidak menyenangkan yang menimbulkan rasa takut, bingung, perasaan tidak berdaya, atau disosiasi. Contoh dari kejadian yang dapat menyebabkan trauma adalah perang, bencana alam, penyerangan, dan kekerasan.
Salah satu dampak dari trauma adalah complex post-traumatic stress disorder (C-PTSD), yaitu suatu kondisi yang dialami akibat mengalami trauma dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengalami kekerasan dalam rumah tangga saat masih kecil baik itu kekerasan fisik, emosi, ataupun penelantaran.
Seseorang yang mengalami C-PTSD akan menunjukkan beberapa gejala antara lain kesulitan mengelola emosi, merasa tidak berharga, bahkan berpengaruh terhadap bagaimana menjalin relasi dengan pasangan. Kali ini kita bahas yuk bagaimana hubungannya antara trauma masa kecil dengan kemampuan menjalin relasi saat dewasa
Keluarga adalah relasi sosial pertama yang kita ketahui. Dari relasi dalam keluarga kita belajar bagaimana nantinya menjalin relasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Ketika relasi tersebut terasa aman, maka kita tidak akan kesulitan untuk menjalin relasi dengan orang lain. Akan tetapi ketika hubungan tersebut penuh dengan kebohongan, kebencian, atau kacau maka kita akan merasa tidak aman untuk menjalin relasi dengan orang lain. Beberapa dampaknya antara lain:
- Tidak mau meminta tolong orang lain saat butuh: karena terbiasa melakukan semua sendiri, karena takut diejek atau dipermalukan saat meminta bantuan
- Sulit percaya dengan orang lain: karena merasa orang lain tidak aman
- Sulit memahami diri sendiri: karena tidak ada yang membantu untuk memahami dirinya sendiri
- Sulit mengekspresikan kebutuhan: karena kurang memahami diri sendiri sehingga tidak tahu apa yang dibutuhkan atau karena merasa sulit mengendalikan diri saat ingin mengekspresikan sesuatu
Beberapa dampak tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap bagaimana ia menjalin relasi dengan orang lain, misalnya:
- Menjauh ketika ada orang yang mendekati
- Berasumsi bahwa semua orang punya maksud buruk
- Secara tidak sadar menyabotase hubungan
- Bertahan di hubungan yang tidak sehat
Seseorang yang mengalami C-PTSD terbiasa dengan kondisi yang tidak stabil dan tidak aman. Ia justru akan merasa aneh dan bingung ketika memiliki hubungan yang aman dan mendalam dengan orang lain. Ia bahkan akan menganggap hubungan tersebut membosankan sehingga ia mencari hubungan yang tidak sehat karena ia lebih terbiasa dalam relasi seperti itu. Beberapa orang juga secara tidak sadar akan memilih pasangan yang memiliki pola sama dengan orang tuanya karena ada keinginan untuk memperbaiki keadaan tersebut. Contohnya antara lain:
- Mencari partner yang suka mengkritik: Dibesarkan oleh orang tua yang suka mengkritik dan tidak pernah puas terhadap apa yang dilakukan anak. Lalu ia pun mencari pasangan yang suka mengkritik dengan harapan ia bisa mengubah keadaan dan ia bisa mendapatkan cinta dan penerimaan dari orang yang suka mengkritiknya
- Mencari partner yang cuek: Dialami oleh seseorang yang orang tuanya tidak pernah memberi perhatian. Lalu ia pun mencari pasangan yang cuek dengan harapan ia bisa menarik perhatian orang tersebut
- Fixer upper project: Biasanya dialami oleh anak yang dibesarkan orang tua yang tidak bertanggung jawab, misalnya orang tua yang tidak bekerja atau memiliki adiksi. Ia akan mencari pasangan yang bisa “diperbaiki” agar ia merasa memiliki kekuatan saat berhasil mengubah pasangannya
- Pasangan yang dominan: Dibesarkan oleh orang tua yang keras, otoriter, dan anak tidak memiliki kuasa. Ia lalu akan mencari pasangan yang juga dominan, tidak pernah minta pendapat, dan juga tidak memperbolehkannya memilih apapun dalam hidupnya
Lalu apa yang harus dilakukan untuk memutus rantai pola tersebut?
- Sadari trauma yang dialami: Parents perlu menyadari terlebih dahulu bahwa ada trauma masa kecil yang dialami dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Apabila Parents merasa sulit untuk mengelola trauma tersebut, jangan ragu untuk meminta bantuan tenaga profesional ya
- Sadari ciri relasi yang sehat: Ciri relasi yang sehat adalah adanya kejujuran, penerimaan, dan satu sama lain memiliki batasan. Apabila Parents merasa relasi yang dimiliki tidak sehat, coba untuk cari solusi bersama pasangan apa yang sebaiknya dilakukan untuk membuat relasi ini menjadi lebih baik. Apabila dibutuhkan, bisa juga ya berkonsultasi ke konselor pernikahan
- Self compassion: Cara yang bisa dilakukan oleh Parents adalah coba untuk lebih berwelas asih terhadap diri sendiri. Sadari bahwa Parents berhak dicintai dan berharga sehingga Parents berhak mendapat pasangan yang terbaik