Kesepian bukanlah hal yang asing saat ini. Meningkatnya penggunaan sosial media membuat kita semakin sibuk dengan smartphone kita masing-masing hingga kita terkadang lupa bagaimana caranya bersosialisasi dengan orang lain. Bahkan menurut penelitian menyebutkan bahwa orang yang sering bermain media sosial memiliki kecenderungan merasa kesepian.

Kesepian dapat didefinisikan sebagai kebutuhan emosional yang menginginkan kebersamaan dan jika tidak terpenuhi akan berakibat buruk. Efeknya misalnya akan menurunkan harga diri dan mempertanyakan keberadaan kita di dunia (krisis eksistensialisme). Kesendirian muncul akibat tidak adanya hubungan, bukan karena seseorang sendirian. Banyak terjadi saat berkumpul dengan teman atau keluarga namun kita sibuk dengan gadget masing-masing. Justru ketika banyak orang dan tidak ada hubungan di situ, akan besar kemungkinan kita akan makin merasa kesendirian.

Kesepian ternyata bisa menjadi suatu hal yang berbahaya. Bahkan menurut suatu penelitian, angka kematian karena kesepian lebih tinggi daripada angka kematian karena rokok. Kesepian ternyata berpengaruh terhadap kesehatan fisik karena dapat mengubah sistem kardiovaskular (mengakibatkan tekanan darah tinggi, meningkatkan indeks massa tubuh, dan kolesterol tinggi), sistem endokrin (meningkatkan hormon stres), dan bahkan sistem imunitas kita.

Saat seseorang merasa kesepian, ia biasanya akan melakukan perlindungan diri. Muncul rasa khawatir ditolak, merasa insecure, merasa tidak diterima, yang menyebabkan secara tidak sadar justru menghindari dan menarik diri dari lingkungan sosial tersebut. Akibatnya individu tersebut akan semakin merasa kesepian dan merasa pikiran negatifnya terbukti benar.

Ternyata kesepian dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

  1. Kesendirian eksistensial, atau krisis eksistensi. Munculnya pikiran bahwa kita lahir dan mati sendiri, serta menjalani kehidupan sendiri. Krisis ini dapat dikatakan pasti terjadi, terutama pada orang orang dengan tingkat intelegensi baik. Rasa kesepian ini sebenarnya bukan sesuatu yang buruk dan jika dapat dilampaui justru kita akan mendapat pemahaman yang lebih baik tentang keberadaaan kita di dunia
  2. Kesendirian emosional, yaitu merasa terpisah dari hubungan dengan orang lain. Misalnya saat teman-teman kita sudah menikah namun kita belum. Atau saat kita butuh orang untuk berbagi namun tidak ada yang bisa diajak berbicara. Atau juga saat ada orang yang berharga pergi dari hidup kita, misalnya meninggalnya orang terdekat atau putus cinta
  3. Kesendirian sosial, muncul karena tidak ada hubungan dengan kelompok yang lebih besar, misal saat ada di pesta namun tidak ada yang mengenali atau mengajak bicara kita.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?

  1. Perlu dipahami bahwa krisis eksistensial pasti terjadi pada sebagian besar orang. Jadi yang dapat dilakukan adalah dengan mencoba untuk bersahabat dengan realita ini. Kita perlu mencoba untuk bersahabat dengan kesendirian dan mencoba menemukan makna di balik itu. Lalu mulailah untuk membangun hidup yang lebih “hidup” dan here and now
  2. Saat mengalami kesendirian emosional, kita perlu menyelesaikannya. Caranya adalah belajar untuk terhubung dengan orang lain. Perbanyak waktu bersosialisasi dengan orang lain dan kurangi screen time. Seringkali ada pikiran bahwa orang-orang tidak peduli dengan kita dan tidak dapat memenuhi kebutuhan kita. Tanpa kita sadari bahwa sebenarnya itu adalah tanggung jawab kita sendiri. Jadi kita yang harus mulai proaktif untuk menghubungi mereka. Coba hubungi keluarga, sahabat, teman lama, dan orang-orang yang peduli dengan kita. Dari situ biasanya akan muncul perasaan bahwa ternyata pikiran kita tidak benar
  3. Saat mengalami kesendirian sosial, jangan terlalu cepat untuk berpikir negatif. Belum tentu orang lain sengaja mengucilkan kita, bisa jadi memang kita yang tidak cocok dengan kelompok itu dan itu wajar terjadi. Cobalah cari kelompok yang memiliki kesukaan atau hobi yang sama atau bergabung dengan kelompok sosial sehingga muncul perasaan bahwa kita dibutuhkan
  4. Coba untuk mengenali negative automatic thought atau pikiran negatif yang sering muncul saat berada dalam situasi sosial. Hindari untuk memberi penilaian terlalu cepat terhadap sikap orang lain karena kita bukan cenayang. Coba lawan pikiran negatif kita tersebut untuk membuktikan apakah pikiran kita benar atau tidak.
  5. Latih otot relasi kita, terutama bila kita jarang menggunakannya. Otot relasi adalah keterampilan kita untuk bersosialisasi dengan orang lain, misalnya cara memulai percakapan, berempati, bersikap, dan sebagainya. Bagi sebagian orang otot relasi ini melemah karena jarang digunakan misalnya karena ada permasalahan psikologis, dibesarkan di lingkungan yang kurang kondusif, atau karena kita kurang peka bahwa sebenarnya perilaku kita selama ini sebenarnya kurang dapat diterima oleh lingkungan sosial.

Perlu disadari bahwa orang akan datang dan pergi, dan juga akan ada pertemuan dan perpisahan karena itulah siklus kehidupan. Tidak perlu menghindari atau membenci perpisahan karena hal tersebut pasti akan terjadi. Perbaikilah hubungan yang sekarang sedang dijalani sehingga tidak ada penyesalan saat nanti muncul perpisahan.


Referensi:

Ardian, J. (2020). 3 tipe kesendirian (loneliness) dan cara mengatasinya. [Youtube]. https://www.youtube.com/watch?v=3_jj5AxE1yU