Komunikasi asertif adalah suatu gaya komunikasi ketika kita mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan kita terhadap orang lain. Komunikasi ini dapat terjadi karena adanya pemahaman bahwa pendapat kita sama pentingnya seperti orang lain sehingga kita berhak mengungkapkannya. Maka dari itu dibutuhkan kemampuan untuk menghargai diri sendiri dan orang lain agar dapat berkomunikasi secara asertif
Tantangan untuk bersikap asertif adalah ketika kita menjadi terlalu pasif atau terlalu agresif. Menjadi terlalu pasif adalah kondisi ketika kita selalu menuruti orang lain yang dapat membuat kita menjadi kehilangan kendali terhadap diri sendiri dan bahkan orang lain dapat membuat keputusan tanpa meminta pertimbangan terlebih dulu kepada kita. Akhirnya kita melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan
Bersikap agresif juga tantangan untuk melakukan komunikasi asertif. Terkadang seseorang bersikap agresif karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Beberapa orang melakukannya untuk menjaga jarak karena ia sebenarnya merasa tidak nyaman berinteraksi dengan orang lain. Ketika seseorang bertindak agresif, besar kemungkinan interaksi akan berakhir dengan lebih cepat sehingga interaksi yang terjadi tidak berlangsung lama. Seseorang dapat berlaku agresif juga karena ingin menyembunyikan rasa takut atau rasa sakit yang sebenarnya dirasakan. Terkadang bersikap agresif lebih mudah dibandingkan menunjukkan emosi tersebut. Dampaknya ketika kita menjadi terlalu agresif adalah kita terisolasi dari lingkungan sosial karena orang lain menjadi enggan untuk berinteraksi dengan kita.
Melakukan komunikasi asertif memungkinkan kita untuk bisa lebih terbuka kepada orang lain dan juga kita mampu mengekspresikan diri sehingga orang lain bisa lebih menghargai kita. Lalu bagaimana caranya untuk bisa berkomunikasi secara asertif?
Berani berkata tidak
Seringkali kita merasa sulit untuk berkata tidak karena merasa adanya tekanan dari orang lain, misalnya dari orang tua, atasan, atau teman sebaya. Terkadang kita melakukannya karena tidak ingin membuat orang lain kecewa atau tersinggung. Kita juga sulit berkata tidak karena ada kecenderungan ingin menyenangkan orang lain.
Namun jika terus menerus dilakukan, lama kelamaan kita menjadi kurang memprioritaskan diri kita sendiri dan akhirnya melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan.Jadi ada saatnya juga kita perlu bersikap tegas dan berani berkata tidak. Berikut ini beberapa langkah yang Parents bisa gunakan untuk bisa menolak suatu permintaan dari orang lain:
Tentukan prioritas
Pertama, tentukan apa yang kita mau. Apakah kita benar-benar mau melakukan yang diminta atau tidak? Coba untuk pertimbangkan usaha yang harus dikeluarkan, mulai dari waktu, tenaga, pikiran, hingga biaya. Bersikaplah adil terhadap diri sendiri karena hal tersebut bukanlah suatu sikap egois. Berkata tidak adalah cara kita menunjukkan bahwa kebutuhan kita sama pentingnya dengan kebutuhan orang lain dan kita memprioritaskan diri sendiri
Apabila kita memutuskan untuk berkata iya, pastikan bahwa memang kita setuju untuk melakukannya. Jadi tidak akan ada pikiran bahwa kita dimanfaatkan atau diminta dengan paksa. Pastikan bahwa kita benar-benar setuju bukan karena tidak tahu bagaimana harus berkata tidak atau karena merasa tidak enak dengan orang tersebut
Berkata tidak
Ketika kita memutuskan untuk tidak mau melakukannya, sampaikan penolakan terhadap orang tersebut. Sebenarnya kita tidak memiliki kewajiban menjelaskan mengapa kita menolak. Namun terkadang ada rasa takut hal ini akan memicu konflik, tekanan, atau bahkan penolakan dari orang lain.
Parents bisa menjelaskan keputusan yang Parents ambil dengan sederhana dan tenang, tanpa perlu terlalu banyak memberikan penjelasan. Terlalu banyak penjelasan justru akan membuat kita seakan-akan membuat banyak alasan. Parents bisa mengatakan, “Maaf ya aku tidak bisa” atau “Mungkin lain kali ya”
Sayangnya cara ini tidak selalu berhasil. Beberapa orang akan meresponnya dengan tetap mencoba meminta kita untuk melakukan apa yang ia inginkan. Jika ini yang terjadi, berikut beberapa tips yang bisa dicoba
- Sampaikan apresiasi bahwa orang tersebut meminta kita, misalnya “Makasih ya sudah minta tolong sama aku” atau “Terima kasih sudah mau mengajakku”
- Sampaikan bahwa kita memahami keinginan orang tersebut, misalnya “Aku tahu ini penting untukmu” atau “Aku tahu kamu ingin dibantu”
- Beri alasan yang jelas mengapa kita menolak, misalnya “Saat ini aku punya prioritas lain” atau “Sekarang aku masih sibuk dengan hal lain”
- Bantu orang tersebut untuk memecahkan masalahnya, misalnya dengan memberi saran. “Kamu mungkin bisa meminta bantuan A” atau “Bagaimana kalau kita mengatur jadwal di lain hari?”
Beri waktu diri sendiri untuk berpikir
Terkadang ketika seseorang meminta bantuan, mereka mengharapkan respons sesegera mungkin. Hal tersebut menjadi tekanan tersendiri bagi kita untuk segera memutuskan. Kita perlu menyampaikan kepada orang tersebut bahwa kita membutuhkan waktu untuk mempertimbangkannya. Memberi jeda dapat membuat kita memikirkan sesuatu dengan perspektif baru dan kita terlepas dari tekanan sehingga kita dapat memutuskan dengan lebih baik
Bernegosiasi
Negosiasi adalah salah satu kemampuan yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan adil dan tetap menghargai orang lain, tanpa perlu menjadi agresif, manipulatif, atau menuntut secara terus menerus. Salah satu tantangan dalam bernegosiasi adalah pikiran bahwa jika kita kalah artinya orang lain menang, atau sebaliknya jika kita ingin menang maka orang lain harus kalah. Pikiran tersebut dapat memicu terjadinya konflik dan akhirnya membuat kita menjadi lebih sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkan
Berikut ini beberapa tips yang bisa Parents lakukan saat bernegosiasi
- Pikirkan terlebih dahulu apa yang orang lain inginkan. Bagaimana sudut pandangnya? Mengapa ia menginginkan hal tersebut? Jika kita tidak tahu atau tidak yakin, coba tanyakan langsung pada orang tersebut. Hindari untuk membuat asumsi dalam pikiran kita sendiri
- Terbuka mengenai apa yang kita inginkan. Mungkin rasanya tidak mudah, namun dengan mengkomunikasikan apa yang kita inginkan dapat menjalin rasa percaya antara kedua belah pihak
- Jangan mengesampingkan masalah yang sulit karena masalah tersebut adalah alasan mengapa negosiasi dibutuhkan. Coba untuk membahasnya secara bersama-sama hingga mendapatkan kesepakatan yang bisa diterima oleh kedua belah pihak
Mengatasi situasi sulit
Dalam berinteraksi sosial, terkadang kita harus menghadapi situasi-situasi sulit yang membuat kita ragu untuk bersikap asertif. Lalu bagaimana ya caranya untuk mengatasi situasi tersebut?
Kritik dan keluhan
Cara untuk menghadapi situasi ketika kita diberi kritik dan keluhan adalah mengakui kesalahan tanpa membesar-besarkan atau justru menganggapnya tidak penting. Tentu tidak mudah untuk menerima kritik karena terkadang hal itu bisa membuat kita merasa tersinggung atau marah. Apabila muncul emosi tersebut, kita perlu mengingat bahwa kritik atau keluhan yang disampaikan adalah reaksi dari suatu kejadian, bukan menggambarkan diri kita seutuhnya. Hindari untuk memberi label pada diri sendiri. Terima bahwa itu suatu kesalahan dan cobalah untuk meminta maaf.
Memberi kritik
Terkadang kita ada di posisi saat harus memberi kritik kepada orang lain. Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memberi kritik adalah
- Katakan dengan jelas apa yang ingin disampaikan. Artinya katakan dengan singkat dan hanya sampaikan fakta, bukannya membuat asumsi mengenai perasaan, perilaku, atau pendapat orang lain. Misalnya “Mobilmu menghalangi parkirku lagi hari ini” bukannya “Kamu sengaja ya parkir di depan mobilku?”
- Sampaikan apa yang kita rasakan atau pikirkan, misalnya “Aku harus mengeluarkan mobil namun mobilmu menghalangi dan hal ini membuatku tidak nyaman”
- Katakan apa yang kita inginkan, misalnya “Bisa nggak kamu parkir di tempat lain?”
Konflik
Saat konflik tidak bisa dihindari, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara mengelolanya dengan tepat. Terkadang emosi kita terbawa sehingga kita sulit berpikir dengan logis yang justru dapat membuat kita saling menyakiti satu sama lain. Beberapa tips yang bisa Parents terapkan saat menghadapi konflik adalah:
- Sampaikan apa yang membuat kita merasa kesal, misalnya “Aku kesal karena kamu pulang malam”
- Hindari untuk berasumsi bahwa kita benar dan orang lain salah. Cobalah untuk berpikir dengan sudut pandang lain. Misalnya daripada berpikir “Kamu tuh nggak peduli ya sama istri dan anak makanya pulang malam terus” coba untuk tanyakan “Kenapa sih akhir-akhir ini sering pulang malam?”
- Fokus pada permasalahan yang sedang dihadapi. Hindari membahas masalah di masa lalu
- Hindari menggunakan kata-kata ekstrim seperti tidak pernah atau selalu. Misalnya “Kamu tuh selalu saja pulang malam!” atau “Kamu tuh nggak pernah mau peduli sama istri dan anak!”
- Berhati-hatilah jika situasi mulai memanas. Ambil jeda untuk saling menenangkan diri terlebih dahulu
Pujian
Bagi beberapa orang ternyata menerima pujian adalah situasi yang bisa membuatnya merasa tidak nyaman. Hal ini bisa dikarenakan mereka merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Mereka tidak tahu bagaimana harus meresponsnya sehingga mencoba mengalihkan perhatian kepada hal lain, misalnya “Aku dibantu banyak orang kok” atau “Aku cuma ngikutin apa yang ada di buku”. Terkadang kita perlu lho memberi apresiasi terhadap diri sendiri. Parents bisa mengatakan “Terima kasih” atau “Baik banget kamu bicara seperti itu ke aku”
Beberapa orang juga merasa tidak nyaman dipuji karena merasa takut menjadi orang yang sombong dan nantinya akan dianggap oleh orang lain sebagai hal yang negatif. Cara yang bisa dilakukan adalah coba untuk memberi pujian kepada orang lain. Lalu perhatikan bagaimana cara meresponnya. Mungkin Parents bisa memilah respons apa yang paling tepat untuk diri Parents
Referensi:
Butler, G. (2016). Overcoming social anxiety and shyness 2nd edition: a self help guide using cognitive behavioral techniques. Great Britain: Robinson