"Andai saja waktu itu aku nggak ngelakuin….., pasti keadaannya nggak akan begini"
"Nanti anak-anak gimana ya masa depannya? Gimana kalau ada apa- apa sama mereka?"
"Seharusnya aku nggak ngomong kayak gitu!"
Hayo ngaku, siapa yang sering mikir kayak gini? Antara pikirannya menyesali masa lalu atau berandai-andai ke masa depan. Bahkan seringkali rasanya susah banget untuk mengontrol pikiran itu sampai-sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Mulai dari sering ngelamun, nafsu makan berubah, pola tidur juga berubah, atau bahkan moodnya yang berubah-ubah.
Kalau Parents mengalami ini, Parents mungkin sedang melakukan rumination. Rumination adalah pola pikir mengenai suatu hal yang dilakukan secara berulang. Apabila dilakukan secara terus menerus ternyata dampaknya kurang baik lho untuk kesehatan mental kita. Jadi kita perlu belajar untuk mengelola pikiran berulang itu dengan lebih baik. Bagaimana caranya?
Kenali penyebabnya
Rumination bisa terjadi karena beberapa alasan. Misalnya karena kita sedang memiliki suatu masalah dan sebenarnya kita sedang mencari solusi dari permasalahan itu. Atau bisa juga dikarenakan kita sebenarnya sedang berusaha menghindari melakukan suatu kesalahan. Coba kenali terlebih dulu apa yang menyebabkan Parents memiliki pikiran yang berulang itu
Melakukan aktivitas lain
Coba deh Parents melakukan aktivitas lain untuk mendistraksi pikiran sementara. Aktivitas ini bisa merupakan kegiatan yang menyenangkan atau menenangkan, misalnya olahraga, memasak, nonton film, ngobrol dengan orang lain, dan sebagainya. Dengan melakukan distraksi, kita bisa mengalihkan perhatian yang juga bisa membuat mood lebih baik. Saat mood membaik, kita pun jadi lebih mampu berpikir tenang
Menulis
Hal lain yang bisa Parents coba lakukan adalah menulis pikiran-pikiran yang berkecamuk di kepala. Dengan menulis, kita jadi lebih mampu menata pikiran. Ibaratnya seperti sedang mengurai benang yang kusut. Setelah ditulis, kita bisa coba baca lagi tulisan tersebut dan mereview apakah pikiran tersebut rasional? Apakah pikiran itu fakta atau sebenarnya asumsi saja?
Mengingat kekuatan yang dimiliki
Penting banget nih untuk Parents selalu mengingat kekuatan apa sih yang Parents miliki. Kekuatan ini bisa berupa sifat, pengetahuan, dukungan sosial, kemampuan, dan masih banyak lagi. Dengan mengingat kekuatan-kekuatan itu, Parents jadi lebih siap dan yakin dalam menghadapi segala permasalahan yang menghadang
Fokus pada solusi
Daripada energi dan waktunya habis untuk rumination, Parents bisa coba lebih fokuskan pikiran pada solusi dari permasalahan. Misalnya nih Parents kelepasan berbicara sesuatu yang kurang pantas kepada orang lain. Coba fokus pada solusi dengan bertanya pada diri sendiri
Apa arti dari situasi ini?
Apa yang menyebabkan Parents kepikiran terus dengan hal ini? Apakah karena Parents merasa bersalah? Khawatir hubungan menjadi buruk? Khawatir reputasi menjadi buruk? Atau ada alasan lain?
Apa yang aku harapkan terjadi?
Tanyakan pada diri apa yang Parents harapkan dari situasi ini. Misalnya Parents berharap orang tersebut memaafkan dan hubungan Parents tetap baik-baik saja.
Apa yang bisa kulakukan?
Setelah mengetahui apa yang diharapkan, selanjutnya coba tanyakan pada diri sendiri apa yang bisa dilakukan. Misalnya dengan menghubungi orang tersebut dan meminta maaf, menjaga hubungan baik, dan juga lebih berhati-hati dalam berbicara. Buat rencana detail untuk melakukan hal-hal tersebut
Perlu diingat ya Parents, bahwa banyak sekali hal di dunia yang tidak bisa kita kendalikan. Kita tidak bisa mengubah masa lalu dan juga tidak berkuasa pada masa depan. Jadi daripada membuang energi untuk mengendalikan hal yang tidak bisa dikontrol, lebih baik kita fokus pada hal yang bisa kita kontrol, antara lain pikiran dan perilaku kita.
Referensi
Vilhauer, J. (2015). What you can do when you can’t stop thinking about something.https://www.psychologytoday.com/us/blog/living-forward/201512/what-you-can-do-when-you-cant-stop-thinking-about-something