Pada tahun 1950-an, seorang psikolog klinis bernama John Bowlby mengemukakan suatu bernama attachment theory atau teori kelekatan.  Teori ini memiliki fokus mengenai bagaimana hubungan antara anak dengan orang tua atau pengasuhnya (kakek nenek, om, tante, pengasuh, dan sebagainya). Hubungan kelekatan ini dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

Hubungan kelekatan ini ternyata berpengaruh lho Parents dengan bagaimana nantinya relasi dengan pasangan. Apabila seorang anak punya kelekatan yang aman, bisa mengandalkan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhannya, maka ia akan melihat hubungan sebagai tempat yang aman dan ia mampu mengekspresikan diri dengan bebas. Akan tetapi apabila seorang anak memiliki kelekatan yang tidak aman (cemas menghindar, ambivalent, atau tidak terstruktur), anak menjadi belajar bahwa ia tidak bisa mengandalkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kenyamanannya.

Wah, ternyata efeknya cukup besar ya! Yuk, kita bahas lebih dalam mengenai dampak dari masing-masing tipe kelekatan

KELEKATAN AMAN

Kelekatan aman ditandai dengan adanya kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat dan bisa mempertahankan hubungan untuk jangka panjang. Kelekatan ini muncul karena adanya perasaan aman antara anak dengan orang tua atau pengasuh. Anak merasa aman, dipahami, nyaman, dan dihargai saat berinteraksi dengan orang tua atau pengasuhnya. 

Anak yang tumbuh dengan kelekatan aman memiliki beberapa ciri, yaitu:

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, seseorang yang memiliki kelekatan aman akan mampu membentuk hubungan yang aman dengan orang lain. Ia mampu percaya dengan pasangan dan tidak mudah cemburu. Selain itu ia juga merasa pantas dicintai dan tidak butuh validasi terus menerus dari orang lain

KELEKATAN MENGHINDAR

Seseorang yang memiliki kelekatan menghindar akan sulit membangun hubungan jangka panjang dengan orang lain karena ia kesulitan membangun intimasi secara fisik dan emosional dengan orang lain. Tipe kelekatan ini biasanya muncul ketika anak dibesarkan oleh orang tua yang kaku atau dingin secara emosional. Orang tua ini biasanya mengabaikan anak, terlalu sibuk, tidak menunjukkan ketertarikan dengan anak, dan lebih fokus pada hal-hal seperti nilai, dan bagaimana anak harus berperilaku baik. Akhirnya anak berusaha menjadi mandiri agar ia tidak bergantung dengan orang lain 

Seseorang yang tumbuh dengan kelekatan menghindar memiliki ciri:

Dari ciri-ciri tersebut, seseorang dengan kelekatan menghindar tidak mampu menjalin hubungan yang mendalam dengan orang lain. Mereka menghindari untuk memiliki koneksi yang mendalam dengan pasangan.

KELEKATAN AMBIVALENT

Seseorang yang tumbuh dengan kelekatan ambivalent memiliki ciri-ciri:

Kelekatan ini muncul akibat pola asuh yang tidak konsisten. Anak merasa kesulitan memahami orang tua dan merasa tidak aman mengenai apa yang harus diharapkan terhadap orang tuanya. Anak bingung karena hubungan dengan orang tuanya tidak stabil. Terkadang orang tua sangat suportif dan responsif terhadap kebutuhan anak, namun di waktu lain orang tua menunjukkan sikap tidak peduli pada anak

Saat menjalin relasi, Ia merasa tidak pantas dicintai sehingga butuh terus diberikan validasi oleh pasangannya. Ia sering menyalahkan diri ketika ada suatu masalah dan juga mudah merasa cemburu karena memiliki self esteem yang rendah. Ditambah adanya perasaan takut ditinggalkan, dan ditolak sehingga ia berperilaku dengan menjadi terlalu clingy (terlalu menempel)

KELEKATAN DISORGANIZED

Kelekatan ini muncul karena adanya trauma, kekerasan, atau pengabaian dari orang tua atau pengasuh. Bahkan seringkali anak merasa takut jika berada di dekat orang tuanya. Anak dengan kelekatan disorganized memiliki ciri-ciri

Seseorang dengan kelekatan disorganized cenderung memiliki perilaku yang tidak bisa ditebak dan membingungkan Terkadang mereka menarik diri dan menyendiri namun terkadang mereka menjadi terlalu clingy dan sensitif

Saat menjalin relasi, mereka berusaha mencari cinta namun di saat yang bersamaan membatasi diri dari pasangan karena adanya ketakutan terhadap komitmen dan koneksi yang mendalam. Mereka bergumul di antara kebutuhan rasa aman dan rasa takut.


Memahami tipe kelekatan pasangan dapat membantu kita mengerti mengapa pasangan berperilaku tertentu. Perlu diingat bahwa kita bisa kok mengubah gaya kelekatan kita. Meskipun kita memiliki attachment yang tidak aman dengan orang tua, namun kita tetap bisa memiliki attachment yang aman dengan pasangan. Caranya? Terus belajar untuk bertumbuh ya Parents :)


Referensi:

Mandriota, M. (2021). 4 attachment styles in relationship. https://psychcentral.com/health/4-attachment-styles-in-relationships