Salah satu kunci hubungan pernikahan yang sehat adalah ketika Parents dan pasangan bisa jujur satu sama lain. Akan tetapi seringkali kita merasa kesulitan untuk benar-benar jujur dengan pasangan, terutama ketika akan berbicara mengenai isu sensitif. Selain itu komunikasi efektif juga akan terasa sulit ketika kita sedang dalam kondisi marah, kesal, atau terluka. Maksud hati ingin berkata jujur, tapi karena terbawa emosi malah bisa jadi dianggap menyerang atau bahkan menyalahkan pasangan.
Jadi gimana dong caranya untuk bisa berkomunikasi efektif dengan pasangan, terutama untuk membahas isu-isu sensitif? Yuk simak 4 langkah berikut ini
Berusaha tenang
Ketika sedang membahas suatu isu, usahakan Parents dan pasangan sedang dalam kondisi tenang. Ketika kondisi kita sedang tidak tenang, bagian otak kita yang bernama prefrontal cortex menjadi tidak aktif. Padahal prefrontal cortex adalah bagian yang memegang fungsi eksekutif di otak, mulai dari empati, pemecahan masalah, hingga pengambilan keputusan. Tentunya saat membicarakan isu penting kita ingin bagian ini aktif dong ya. Soalnya kalau prefrontal cortex kita nggak aktif, kita jadi bertindak tanpa pikir panjang dan ujung-ujungnya kita menyesali perbuatan itu
Terus gimana caranya biar bisa tetap tenang?
Parents bisa coba melakukan aktivitas yang ritmik dan mudah ditebak (predictable). Misalnya dengan menarik nafas panjang, menghitung 1-10, atau bahkan berjalan kaki. Fokuskan diri untuk tenang terlebih dulu sehingga prefrontal cortex bisa aktif. Nah kalau sudah aktif, Parents dan pasangan akan lebih mudah untuk membicarakan isu sensitif itu dengan kepala dingin
Jangan menyerang
Ketika kita berbicara dengan pasangan, usahakan untuk tidak menyerangnya. Menyerang di sini maksudnya kalimat kalimat seperti "Kamu tuh ...!", "Gara-gara kamu...", atau "Dasar kamu ....!". Kita boleh kok marah dan mengekspresikannya, tapi bukan berarti kita jadi melakukan segala cara untuk memenangkan perdebatan, misalnya dengan merendahkan atau terus menerus menyalahkan pasangan kita. Karena dengan menyerang, pasangan tidak akan memahami apa yang kita rasakan atau mendengarkan apa yang menjadi concern kita. Justru ketika diserang, reaksi alamiah manusia adalah mempertahankan diri. Akhirnya pasangan tidak mau menerima argumen kita dan yang terjadi adalah perdebatan panjang tanpa solusi
Untuk menghindari menyerang pasangan, kita perlu menyadari terlebih dulu apa yang kita pikirkan dan rasakan. Coba pertimbangkan apakah yang ingin Parents sampaikan memang perlu disampaikan atau justru akan menambah panas situasi.
Bersikap rapuh
Kalau Parents menginginkan komunikasi terbuka dengan pasangan, Parents pun perlu membuka diri. Untuk mampu membuka diri, Parents perlu bersikap vulnerable. Jelaskan apa yang Parents rasakan dan apa yang diinginkan. Jadi daripada mengatakan "Kamu tuh nggak pernah ngertiin aku! Kamu selalu ngelakuin apa yang kamu inginkan." Parents bisa mencoba mengatakan "Aku ngerasa sedih banget kalau kamu cuek ke aku. Aku pinginnya kamu bisa lebih perhatian ke aku".
Bertanya dengan rasa ingin tahu
Setelah Parents bisa menjadi lebih rapuh dan komunikasi bisa lebih terbuka, kita perlu mendorong agar pasangan juga melakukan hal yang sama. Caranya dengan memberi kesempatan dan mendengarkan apa yang ingin pasangan sampaikan. Tujuan dari proses ini bukanlah untuk menentukan siapa yang benar atau salah, melainkan untuk memahami bagaimana pasangan melihat isu ini.
Cobalah untuk terbuka terhadap persepsi pasangan dan berempati dengan perasaannya. Usahakan untuk tidak menginterupsi dan membela diri saat ia sedang menyampaikan pendapatnya. Mungkin saat mendengarkan pasangan, ada "suara-suara" di dalam diri kita yang mendramatisir atau melebih-lebihkan situasi. Dan suara ini yang membuat kita menjadi menyerang pasangan atau membela diri. Ketika suara ini muncul, coba Parents tarik nafas panjang lalu sadari bahwa suara itu hanya bagian dari pikiran Parents, bukan kebenaran sesungguhnya
Berkomunikasi secara terbuka memang terkadang tidak mudah. Namun perlu diingat bahwa kita tidak sempurna, begitu pula pasangan kita. Dengan melakukan komunikasi terbuka, segala ketidaksempurnaan itu bisa dikomunikasikan sehingga hubungan antara Parents dan pasangan pun akan bertambah kuat
Referensi:
Staff Psychologymag. (2022). 4 steps to help your partner hear your concerns. https://psychologymag.co.uk/4-steps-to-help-your-partner-hear-your-concerns/